Pencarian Bibit Atlet Triathlon Harus Dilakukan Sejak Dini

Dedi Supriadi • Monday, 21 Dec 2020 - 10:43 WIB

Dedi Supriadi
Pegiat Olahraga dan Anggota DPRD DKI Jakarta

 

Tampil di pentas dunia dan menjadi juara bukan hanya menjadi puncak prestasi seorang olahragawan. Bukan pula sekedar tampil mengharumkan nama Indonesia dan menjadi kebanggaan seluruh anak bangsa. Bagi generasi masa kini, atau lebih populer dengan sebutan generasi milenial, tampil di pentas dunia ibarat menghadirkan dunia tanpa batas dalam kehidupannya.

Globalisasi dan perkembangan teknologi membawa anak-anak Indonesia memiliki akses tanpa batas untuk melihat dan berkiprah di level dunia. Mereka pun terdorong untuk berkarya dan berprestasi di kancah internasional. Adalah tugas generasi yang lebih senior, mendukung dan melempangkan jalan bagi mereka untuk mewujudkan mimpi-mimpinya, termasuk prestasi di bidang olahraga.

Visi Ibukota saat ini, “Maju Kotanya, Bahagia Warganya” tak bisa dilepaskan dari gaya hidup sehat yang dijalani warga, salah satunya kebiasaan berolah raga. Dan aktivitas olahraga yang melekat bahkan terjadi tren peningkatan tajam selama pandemi Covid-19 dalam keseharian warga ibukota saat ini, termasuk kaum milenial adalah lari dan bersepeda.

Sayangnya, dua jenis olahraga rakyat itu, belum dikelola secara optimal sehingga tidak hanya sekedar hobi namun menjadi olahraga prestasi. Padahal di dunia internasional, sedari lama berkembang cara baru yang menjadikan olahraga lari, bersepeda, ditambah renang menjadi olahraga menyenangkan sekaligus ajang mengukir prestasi.

Itulah Triathlon, sebuang ajang yang melibatkan tiga olahraga berbeda yaitu renang, sepeda, dan lari yang mesti dituntaskan secara berurutan. Meski penggemar triathlon terus tumbuh di Indonesia, terutama di kalangan generasi milenial, namun tidak banyak masyarakat yang familiar dengan olahraga ini.

Itu semata-mata karena pemasyarakatan belum massif dan pencarian bibit-bibit atlet triathlon belum optimal. Hal ini menjadi tantangan bagi organisasi yang secara resmi menaungi olahraga triathlon untuk totalitas mengelola bakat-bakat hebat anak-anak muda Indonesia di ajang ini. Padahal tidak sedikit dari mereka yang berani merogoh kocek sendiri agar bisa mentas di ajang triathlon internasional.

Sudah saatnya inisiatif dan tekad kuat anak-anak muda itu disambut dan diarahkan secara profesional. Pembinaan bakat-bakat muda dengan pendekatan sains sangat penting mengingat olahraga ini membutuhkan kesiapan fisik dan mental luar biasa, setiap sesi juga memiliki strategi dan tantangan berbeda.

Menggabungkan tiga jenis olahraga menjadi triathlete yang menguras stamina sekaligus membutuhkan kecerdikan di lapangan, mensyaratkan satu hal mutlak: disiplin. Dan itu hanya bisa dilakukan lewat kerja-kerja berkesinambungan sejak usia dini.

Ada dua hal yang diperlukan saat ini.

Pertama, menciptakan manajemen talent pool yang menghimpun bakat-bakat terbaik dari seluruh penjuru Ibukota, bahkan Indonesia.

Kedua, membangun kerjasama banyak pihak, termasuk kalangan swasta untuk bersama-sama mengembangkan dan memajukan olahraga ini.

Meminjam istilah dari salah satu komunitas Triathlon Indonesia, "semua orang bisa berolahraga triathlon" atau anyone can Tri, seyogyanya kita pun bisa membawa pentas dunia itu ke Indonesia, khususnya Ibukota tercinta ini.

Karena itu, kita patut optimis, Jakarta dengan fasilitas melimpah untuk beragam jenis olahraga, mampu menyelenggarakan berbagai ajang nasional dan  internasional triathlon.

Bahagia Warganya, Maju Prestasi Olahraganya!