Investasi Modal, Kemenperin Tragetkan Rp 323,56 triliun bagi Industri Manufaktur

AKM • Monday, 28 Dec 2020 - 18:14 WIB

Jakarta - Pandemi covid 19 yang masih terjadi saat ini memilki dampak yang serius termasuk di sektor industri. Namun, langkah perbaikan dan membangkitkan sektor induatri terus dilakukan oleh pemerintah. 

Kementriam Perindustrian menargetkan realisasi penanaman modal di sektor industri manufaktur pada tahun 2021 bisa naik mencapai Rp 323,56 triliun.

Optimisme ini didukung dengan upaya pemerintah mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional akibat dampak pandemi Covid-19.

“Investasi diperkirakan menjadi faktor penggerak pertumbuhan sektor industri di tahun 2021," kata Menteri Perindustran  Agus Gumiwang Kartasasmita  pada Konferensi Pers Akhir Tahun 2020 yang dilakukan secara virtual dan tatal muka, Jakarta, Senin (28/12/2020).

Agus menyebutkan, beberapa sektor yang masih jadi primadona para investor untuk menanamkan modalnya pada tahun depan, antara lain industri makanan dan minuman, logam dasar, otomotif, serta elektronik.

"Kami juga akan dorong, antara lain pengembangan investasi di industri farmasi dan alat kesehatan,” ujarnya.

Kemenperin mencatat, sepanjang Januari-September 2020, sektor industri menggelontorkan dananya di Indonesia mencapai Rp 201,9 triliun atau berkontribusi 33 persen dari total nilai investasi nasional sebesar Rp 611,6 triliun.

Penanaman modal di sektor industri pada sembilan bulan tersebut meningkat 37 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2019 sekitar Rp 147,3 triliun.

Adapun subsektor yang memberikan kontribusi besar terhadap capaian investasi tersebut di antaranya adalah industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya, industri makanan, industri kimia dan farmasi, industri kendaraan bermotor dan alat transportasi, serta industri mineral non-logam.

Menurut dia selama ini investasi sektor industri membawa dampak yang luas bagi perekonomian nasional, salah satunya melalui penyerapan tenaga kerja.

“Hingga Agustus 2020, jumlah tenaga kerja di sektor industri sebanyak 17,48 juta pekerja atau berkontribusi 13,61 persen dari total tenaga keja nasional,” katamha

Disisi lain, untuk sektor otomotif, Agus mengatakan ada sejumlah komitmen investasi baru di sektor otomotif berbasis baterai atau listrik pada tahun ini. Salah satu perusahaan yang berkomitmen menanamkan duitnya di Tanah Air adalah perusahaan otomotif asal Jepang, Toyota.

"Toyota juga sudah memberikan komitmen pada saya, Kemenperin. Bahwa mereka akan melaksanakan investasi selama tiga tahun ke depan sebesar Rp 28 triliun," ujar Agus.

Nantinya, perusahaan asal Negeri Sakura itu akan mengembangkan tiga jenis kendaraan listrik, yaitu produk hybrid, plug-in hybrid, dan full electric vehicle yang rencananya mulai diproduksi 2023.

“Saya sudah melihat dan mendengar langsung produk apa saja yang akan dikembangkan Toyota. Ini sesuatu yang sangat promising untuk pengembangan kendaraan berbasis listrik yang ada di Indonesia," tutur Agus.

Selain Toyota, Agus berujar investasi baru di sektor otomotif yang tengah berjalan atau on progress adalah pembangunan pabrik Hyundai Motor Corporation sebesar Rp 21,8 triliun yang ditargetkan akan memproduksi Battery Electric Vehicle pada 2023.

“Selanjutnya, investasi PT ABC untuk membangun pabrik cell battery senilai Rp 207,5 miliar dengan kapasitas maksimal 25 juta picis per tahun,” imbuhya.

Pemerintah, kata Agus, mendorong pengembangan ekosistem Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) sebagai upaya mengurangi emisi karbon. Targetnya, pada 2025, sebanyak 20 persen dari produksi otomotif nasional merupakan kendaraan listrik seperti hybrid, plug in hybrid (PHEV), dan mobil EV berbasis baterai.

“ Kemenperin telah menyelesaikan regulasi terkait peta jalan kendaraan listrik berbasis baterai yang merupakan turunan Perpres Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Baterai Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan,” tuturnya. (AKM)