Menristek/Kepala BRIN Sampaikan Perkembangan Hasil Inovasi Konsorsium COVID-19

ANP • Sunday, 3 Jan 2021 - 20:58 WIB

JAKARTA - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional mengadakan Konferensi Pers secara daring dalam rangka memperkenalkan produk inovasi terbaru dari Konsorsium COVID-19 Kemenristek/BRIN yaitu GeNose C19 yang dikembangkan Universitas Gadjah Mada dan CePAD  yang dikembangkan Universitas Padjadjaran kepada masyarakat pada Senin, 28 Desember 2020 di Jakarta.

“Pada intinya kita perlu memperkuat sistem survailans, 4T ditambah dengan 3M. Karena itu Indonesia perlu mempunyai kemandirian di dalam melakukan testing dan monitoring terutama untuk skrining. Di sinilah dituntut kemampuan kita untuk melakukan inovasi melahirkan alat yang nanti bisa melakukannya dengan waktu yang cepat, relatif nyaman, dan juga mempunyai tingkat akurasi yang tinggi,” jelas Menristek/Kepala BRIN.

Setelah diserahterimakan pada tanggal 24 September 2020 pada acara public exposure di kantor Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) dan setelah menjalani serangkaian uji klinis dan diuji coba di 8 Rumah Sakit, GeNose C19 secara resmi diumumkan telah mengantongi Izin Edar KEMENKES RI AKD 20401022883 dan siap diproduksi massal untuk dipasarkan.

Untuk tahap awal ( batch pertama) GeNose C19 telah diproduksi sekitar 100 unit. Dengan jumlah terbatas ini diharapkan akan mampu melakukan minimal 120 test per alat atau total 12.000 orang per hari. Keberhasilan GeNose C19 merupakan contoh keberhasilan triple helix yang melibatkan pemerintah, akademisi, dan industri. Dalam hal ini GeNose C19 dikembangkan oleh UGM dengan dukungan dari Konsorsium Riset Inovasi COVID-19 Kemenristek/BRIN, Badan Intelejen Negara, TNI AD, Polri, Kemenkes RI, dan pihak swasta antara lain PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri (bagian mekanik), PT Hikari Solusindo Sukses (elektronik dan sensor), PT Stechoq Robotika Indonesia (pneumatic), PT Nanosense Instrument Indonesia (artificial intelligence, elektronik dan after sales), dan PT Swayasa Prakarsa (assembly, perijinan, standar, QC/QA, bisnis).

GeNose memiliki sensitifitas 90%, spesifisitas 96%, akurasi 93% dengan PPV 88% dan NPV 95%. GeNose C19 mendeteksi keberadaan virus SARS-CoV-2 di orofaring atau tenggorakan melalui hasil metabolisme Volatile Organic Compound (VOC) atau semacam senyawa hidrokarbon kompleks yang diproduksi dari hasil metabolisme virus.

Berbeda dengan swab test PCR yang membutuhkan waktu pemeriksaan hingga beberapa hari, GeNose C19 dapat mendeteksi COVID-19 hanya dalam hitungan beberapa puluh detik dan tanpa menimbulkan rasa sakit. Analisis datanya menggunakan Kecerdasan Artifisial, dengan biaya per test berkisar antara Rp 15 ribu sampai Rp 25 ribu dan hasil yang cepat sekitar 2 menit dan tanpa reagen atau bahan kimia lainnya, maka diharapkan dengan penggunaan GeNose ini bisa meningkatkan kapasitas skrining COVID-19 di masyarakat. 

“ini adalah salah satu bukti hilirisasi inovasi alat kesehatan, karena dapat langsung menjawab kebutuhan saat ini. Harganya sekitar 62 juta rupiah, targetnya kapasitas produksi nanti per Februari 2021 diharapkan sudah mencapai lebih 10.000 unit dan siap didistribusikan ke seluruh Indonesia,” tambah Menteri Bambang.

Fleksibilitas penggunaan GeNose C19 memungkinkan penempatannya di bandara, stasiun, terminal, Rumah Sakit, perkantoran, dan tempat umum lainnya seperti tempat wisata dan pusat perbelanjaan, sehingga masyarakat diharapkan dapat beraktifitas dengan aman dan nyaman dalam rangka pemulihan ekonomi.

*UNPAD Kembangkan Rapid Test Antigen CePAD *

Tim Riset Unpad telah berhasil mengembangkan alat deteksi cepat COVID-19 menggunakan metode deteksi antigen bukan antibody seperti yang selama ini dipergunakan. Alat deteksi ini diberi nama Deteksi CePAD  sesuai semboyan “Biar CePAD  asal selamat”.  Deteksi CePAD  juga sudah mendapatkan Izin Edar KEMENKES RI AKD 20303022358 pada tanggal 4 November 2020. 

CePAD  mendeteksi keberadaan antigen virus dari sampel nasal swab pada saat viral loadnya sedang tinggi ( most infectious), sehingga bermanfaat untuk mengurangi potensi penyebaran penyakit. Ketika divalidasi pada sampel klinis dan dibandingkan dengan PCR pada Ct value < 28, CePAD  memiliki sensitivitas 85%, spesifisitas 83%, dan akurasi 84%, dengan PPV 61% dan NPV 95%. CePAD  sudah melampaui requirement akurasi untuk antigen test dari WHO yaitu > 80%.

“Keunggulannya secara harga jauh lebih murah dari PCR Test, relatif cepat sekitar 15 menit dengan tingkat akurasi yang tinggi. Tentunya harus dilihat dari sensifitas dan spesifitasnya. Antigen Test ini sudah direkomendasikan oleh WHO dan juga mendapat rekomendasi dari Perhimpunan Patologi Klinis Indonesia, dan sudah digunakan beberapa Rumah Sakit di Jawa Barat, contohnya RS Pendidikan Unpad, Lab Kesehatan Pemprov Jabar, dan RS Sentosa Bandung,” terang Menteri Bambang.

CePAD  juga sudah dilengkapi dengan sistem Trace (Portal CePAD ), yaitu setiap unit memiliki barcode yang dapat terkait dengan NIK dan masuk dalam database sehingga dapat mempercepat aksi untuk penanganan orang yang terdeteksi positif COVID-19 dan pembatasan penularan penyakit.

“Perkembangan terakhir CePAD  yang dikembangkan oleh Tim Peneliti dari Universitas Padjadjaran dipimpin Pak Yusuf, sudah mendapatkan produsen PT Pakar Biomedika Indonesia dan distributor PT Usaha Bersama Jabar, dan sudah mampu memproduksi per bulan sampai 500 ribu unit,” ujar Menteri Bambang.

Dalam acara Bakti Inovasi Indonesia untuk Provinsi Jawa Barat, pada Selasa 8 Desember 2020, CePAD  mendapatkan apresiasi Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN). Selain itu, CePAD  juga ditetapkan sebagai satu dari 27 produk inovasi hasil Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 yang dibagikan ke sekitar 15 kota atau kabupaten di Indonesia.

Koordinator Peneliti Diagnostik COVID-19 Unpad Muhammad Yusuf, mengatakan upaya yang dilakukan Kemenristek/BRIN ini bertujuan untuk mempercepat pemanfaatan dan daya guna produk inovasi yang dihasilkan Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19, sekaligus mengetahui respon pengguna terhadap kinerja produk. Menurut Yusuf CePAD  memiliki keunggulan pada cara kerjanya dan memiliki akurasi tinggi. Yusuf mengklaim sensitifitas 85 persen, spesifitas 83 persen, dan akurasinya 84 persen ( melampaui persyaratan WHO untuk uji antigen > 80 persen).

Hadirnya kedua alat skrining COVID-19 karya anak bangsa dengan akurasi tinggi dan murah, sangat diharapkan dapat membantu meningkatkan kapasitas testing COVID-19 sehingga memberikan rasa aman dan nyaman masyarakat terutama di tempat-tempat aktivitas perekonomian seperti pasar, pusat perbelanjaan, dan tempat-tempat wisata yang pada akhirnya dapat menggairahkan dan menggerakkan kembali ekonomi masyarakat. Dan pada akhirnya, perekonomian Indonesia diharapkan  bisa menapak perlahan untuk bangkit kembali. Selamat GeNose dan CePAD , karya hebat bangsa hebat!.

Di akhir paparan, Menristek/Kepala BRIN menyampaikan apresiasi atas keberhasilan dan kerja keras tim UGM dan Unpad sehingga GeNose dan CePAD  berhasil mengantongi izin edar dari Kemenkes RI dan sekarang siap diproduksi massal dan dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan alat skrining COVID-19 yang akurat dan terjangkau harganya.

Disampaikan pula oleh Menteri Bambang, untuk mendukung keberlanjutan GeNose dan CePAD  di masa mendatang, Menristek/Kepala BRIN mengundang Kementerian dan Lembaga lain untuk mengajak lebih banyak investor lokal maupun asing melalui Kemenko Maritim dan Investasi, Kementerian BUMN, maupun Kementrian Luar Negeri untuk komersialisasi produk hasil inovasi anak bangsa. 

Menteri Bambang juga mengharapkan Kemenko Perekonomian, Kantor Sekretariat Kepresidenan, dan Satgas COVID-19 turut mempromosikan penggunaan GeNose maupun CePAD  di masing-masing kegiatannya dan pada setiap kesempatan di berbagai ajang promosi Indonesia.

Terakhir, Menteri Bambang mengharapkan Badan Intelejen Negara dapat mengawal keberadaan GeNose dan CePAD  serta produk-produk hasil inovasi lainnya hasil Konsorsium COVID-19 dari kemungkinan gangguan-gangguan dari pihak-pihak yang tidak suka dengan kehadiran berbagai inovasi anak bangsa yang bagus dan murah.

Sementara itu Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko menyampaikan apresiasinya terhadap munculnya kedua inovasi anak bangsa ini dalam menjawab kebutuhan penanganan COVID-19 di Indonesia. “Alat ini sangat urgent diperlukan khususnya GeNose tadi, saran saya kita perlu segera mempresentasikan ini kepada Menteri Perindustrian, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,  Menteri Pariwisata, Menpan RB dan Mendagri, ini perlu segera disosialisasikan untuk agar produktivitas pabrik tidak turun, sekolah-sekolah bisa dimulai, pariwsata bisa bergerak, perkantoran mengurangi WFH. Jadi saran kalau target produksi sampai Februari hanya 5 ribu maka perlu dipikirkan ke depan menjadi 30 ribu unit per bulan,” ujar Moeldoko.

Apresiasi juga disampaikan oleh beberapa stakeholder terkait yang hadir antara lain Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Doni Monardo, yang manyampaikan bahwa Satgas mewakili pemerintah siap mendukung seluruh produksi CePAD maupun GeNose dari UGM.

Wakil Menteri Kementerian Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menambahkan bahwa pihaknya akan terus membantu mendukung upaya pengembangan kedua inovasi ini untuk menjadi lebih baik ke depannya. “Selamat UGM dan Unpad, informasi ini memberikan harapan kita semua. Paling utamanya validasinya harus kita perhatikan. Kita dari Kemenkes akan membantu memberikan validasi yang akurat, Tim UGM dan Unpad tetap akan kita evaluasi post review marketing-nya dengan uji validitas di Litbangkes. Dengan uji ini bukan kita ingin menghambat namun memberikan masukan lebih baik sehingga akurasi dan tingkat kepercayaan terhadap produk dalam negeri akan lebih baik juga,” jelas Dante Saksono.

Dalam kesempatan Konferensi Pers yang diselenggarakan secara daring ini turut hadir Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono, Ketua Satgas Penanganan COVID-19/Kepala BNPB Doni Monardo, Kepala Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Muhammad Fadjroel Rachman, Kepala LKPP Roni Dwi Susanto, Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri Cecep Herawan, Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Usaha BUMN, Riset, dan Inovasi Kemenko Bidang Perekonomian Montty Giriana, Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendikbud Nizam, Rektor Universitas Gadjah Mada Panut Mulyono, Wakil Rektor Universitas Gadjah Mada Bidang Kerja Sama dan Alumni Paripurna P Sugarda, Rektor Universitas Padjadjaran Rina Indiastuti, Tim Riset GeNose C19 UGM dan Tim CePAD Unpad, Ketua Konsorsium Riset Inovasi COVID-19/Staf Ahli Bidang Infrastruktur Kemenristek/BRIN Ali Ghufron Mukti, Plt. Sekretaris Kemenristek/Sekretaris Utama BRIN Mego Pinandito, serta Kepala LPNK di bawah koordinasi Kemenristek/BRIN dan perwakilan Kementerian dan Lembaga terkait. (ANP)