BNI Perkuat Fundamental dan Gulirkan Transformasi

MUS • Friday, 29 Jan 2021 - 19:11 WIB

Jakarta - Pandemi Covid-19 telah menyebabkan banyak tantangan bagi dunia usaha di tanah air hampir disepanjang tahun 2020. Namun, perkembangan yang terjadi selama Kuartal IV-2020 menunjukkan bahwa perekonomian mulai mengalami pemulihan, meskipun tanda berakhirnya pandemi Covid-19 belum terlihat jelas.

Sejak akhir tahun 2020 hingga saat ini, pemerintah masih terus menjalankan kebijakan pembatasan aktivitas sosial dengan seksama, untuk mengendalikan penyebaran kasus Covid-19, sambil mempercepat program vaksinasi kepada masyarakat yang ditargetkan selesai pada akhir tahun 2021. 

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BBNI terus beradaptasi di tengah masa pemulihan dari pandemic, dan terus berupaya menumbuhkan bisnis, terutama pada triwulan terakhir tahun 2020, dengan fokus pada penguatan fundamental perseroan. Hasilnya cukup memuaskan.

“Dengan progam transformasi yang dilakukan, BNI optimis kinerja BNI tahun 2021 akan jauh lebih baik dibandingkan tahun 2020,” kata Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar di Jakarta, Jumat (29/1/2021).

BNI dapat mengelola imbal hasil dari asset-aset pencetak pendapatan perseroan dengan sangat baik, ditopang oleh kredit yang disalurkan pada 2020 sebesar Rp 586,2 triliun atau tumbuh 5,3% YoY. Di samping itu, pada kuartal IV-2020, perseroan juga melakukan upaya-upaya untuk mengoptimalkan komposisi aset dan liabilities, sehingga pengelolaan dana perseroan dapat lebih efektif.

Pada tahun 2020, perseroan mampu menjaga NIM di level 4,5% melalui strategi manajemen biaya dana yang efektif. BNI mencatatkan biaya dana (cost of fund) yang terus mengalami perbaikan di setiap kuartalnya, terutama pada kuartal IV-2020 yang berada pada level 2,0%, atau membaik 60 basis poin dari kuartal sebelumnya, sehingga cost of fund pada akhir 2020 turun menjadi 2,6% dari 3,2% di 2019.

Sementara itu, di tengah kondisi perkonomian yang menantang, Perseroan dapat merealisasikan pendapatan non bunga atau fee-based income sebesar Rp 11,9 triliun atau tumbuh 4,5% dibandingkan periode yang sama tahun 2019, serta dapat melakukan efisiensi biaya operasional yang hanya tumbuh 2,2% YoY.

“Kedua hal ini menjadi sasaran utama perusahaan selama masa pandemi untuk meredam tekanan pendapatan bunga yang turun 4,0% YoY, dalam rangka pemberian stimulus restrukturisasi kredit kepada para debitur yang terdampak pandemi, serta berkontribusi pada pencapaian pertumbuhan laba sebelum provisi dan pajak (PPOP) sebesar Rp 27,8 triliun pada akhir 2020,” urai Royke.

Royke menambahkan, bekal PPOP tersebut menambah ruang bagi BNI untuk memupuk pencadangan yang memadai dalam menghadapi tantangan perekonomian di masa mendatang, dan juga memberikan kekuatan untuk meminimalisir volatilitas keuntungan perseroan.

Pada tahun 2021 ini, BNI akan melangkah dengan lebih optimis, setelah melalui tantangan yang cukup berat selama masa awal pandemi Covid – 19. Untuk itu, BNI telah menggulirkan Transformasi BNI yang secara resmi dimulai pada 27 Januari 2021.

“Langkah-langkah transformasi yang disiapkan BNI akan memastikan perseroan tetap mampu tumbuh secara berkelanjutan. Manajemen telah menetapkan strategi untuk menjadikan BNI sebagai lembaga keuangan yang unggul dalam layanan dan kinerja secara berkelanjutan,” tegas Royke penuh optimisme.

Pada saat pandemi seperti saat ini, dimana bisnis secara umum menurun, BNI berinisiatif melakukan transformasi sebagai upaya akselerasi peningkatan kinerja keuangan secara berkelanjutan, serta menyempurnakan rencana jangka panjang BNI. Program Transformasi BNI ini berbasiskan value BNI RACE, yaitu Risk Culture, Agile, Collaboration, dan Execution Oriented.

Dengan nilai - nilai BNI RACE yang diimplementasikan sehari-hari tersebut BNI pun dapat bersaing dengan kompetitor, mempersiapkan diri untuk melaju lebih kencang, memimpin persaingan, dan meraih kemenangan.