“Link and Supermatch”, Upaya Kemendikbud Tingkatkan Lulusan Vokasi yang Kompeten

AKM • Monday, 1 Feb 2021 - 10:24 WIB

Jakarta - Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Wikan Sakarinto menekankan bahwa kompetensi merupakan kunci utama bagi para lulusan pendidikan vokasi. Lulusan kompeten adalah mereka yang memiliki bekal hard skills, soft skills, dan pendidikan karakter yang berguna pada saat mereka terjun langsung dalam dunia usaha dan dunia industri (DUDI). 

Oleh karena itu, guna mewujudkan hal tersebut, pihaknya mengedepankan konsep “Link and Supermatch”. Konsep ini mengacu kepada ‘pernikahan’ antara pendidikan vokasi dengan DUDI. Selain itu, “Link and Supermatch” juga menitikberatkan lulusan vokasi pada paket 8+1. “Di dalamnya mencakup 1) kurikulum, 2) soft skills, 3) visiting teacher expert from industry, 4) internship, 5) certificate of competence, 6) training, 7) applied research, 8) commitment absorbing graduates, dan 9) scholarship/job contract/donation dari industri,” terang Wikan dalam webinar yang bertajuk “Sukses Masa Depan melalui Sarjana Terapan”, Sabtu (30/1) yang digelar Tempo.co secara daring. 

Menyambung pernyataan sebelumnya, Menteri Perhubungan Republik Indoenesia, Budi Karya Sumadi mendukung upaya Kemendikbud untuk meningkatkan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya lulusan pendidikan vokasi. “Yang perlu kita ketahui, saat ini fokus pemerintah adalah pembangunan kualitas SDM, salah satu caranya adalah melalui pengembangan vokasi,” jelasnya. 

Mengingat bahwa salah satu permasalahan Indonesia saat ini adalah minimnya SDM yang memiliki skills unggul. Padahal, 24% atau sekitar 63,4 juta dari penduduk Indonesia merupakan kategori usia produktif. Angka pengangguran terutama berasal dari lulusan sekolah vokasi dan SMA (20%). Hal ini dikarenakan keterampilan mereka yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Demikian diterangkan Budi Karya pada kesempatan yang sama. 

Program lain yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi lulusan vokasi diterangkan Dirjen Wikan adalah upgrading jurusan Diploma 3 (D3) menjadi Sarjana Terapan (D4). Selain itu, juga terdapat program “Fast Track” pada SMK menuju Diploma 2 (D2) dengan hanya menempuh 1,5 tahun pada jenjang Diploma 2 (D2).

“D4 itu nanti ada delapan semester, di mana pada semester tujuh dan delapan, peserta didik dapat melakukan dual system (magang sambil kuliah) ini seperti yang dilakukan pada negara maju seperti Jerman,” jelas Wikan.

“Mengapa harus Sarjana Terapan (D4)? Saya tekankan kembali bahwa konsep ini dikeluarkan untuk menciptakan lebih banyak supervisor lapangan dan product designer yang sifatnya lebih aplikatif,” lanjutnya. 

Sejalan dengan konsep Kampus Merdeka, Dirjen Diksi kembali memperjelas keuntungan dari mengambil pendidikan vokasi. Dengan penerapan konsep “Link and Supermatch”, akan tercetak lulusan yang kompeten di perguruan tinggi sesuai kebutuhan DUDI. “Yang terakhir, seperti yang tadi saya sampaikan, kami akan melakukan upgrade D3 ke D4. Dengan menghubungkan pendidikan tinggi dengan industri, jadi akan menguntungkan segala pihak,” pungkas Wikan Sakarinto. (AKM)