Imbas Covid, Jumlah Masyarakat Miskin di Jatim Melonjak

MUS • Tuesday, 16 Feb 2021 - 09:44 WIB

Surabaya - Pandemi Covid-19 yang terjadi hampir setahun, berdampak buruk bagi kehidupan masyarakat Jawa Timur. Kondisi ini menyebabkan masyarakat jatuh dalam kemiskinan karena berbagai kebijakan pemerintah baik pusat dan daerah yang menyebabkan masyarakat tidak leluasa lagi melakukan kegiatan ekonomi.

Bahkan banyak pekerja yang kehilangan pekerjaannya karena industri gulung tikar. Saat ini penduduk miskin di Jatim melonjak tajam menjadi 11,46 persen. Hal ini disampaikan Dadang Hardiawan, Kepala BPS Jatim, saat menjelaskan tenang kemiskinan di Jatim secara virtual kepada media.

Hingga September 2020 penduduk miskin di Jatim mencapai 11,46 persen dari total jumlah penduduk. Meningkat 1,26 persen dari 2019. Peningkatan jumlah penduduk miskin ini juga didasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim.

Sejak 2011 sampai 2019, Jatim telah berhasil menurunkan jumlah penduduk miskinnya. Kemiskinan di Jatim menurun hingga mencapai 10,20 persen pada 2019.

Tahun 2011 silam jumlah penduduk miskin sebanyak 13,85 persen dari total jumlah penduduk yang ada. Namun, akibat Pandemi Covid-19, kemiskinan di Jatim kembali meningkat secara bertahap. Sejak September 2019 sampai September 2020, tercatat sebanyak 529.970 jiwa penduduk di Jatim menjadi miskin. Sehingga total penduduk miskin di Jatim saat ini menjadi 4,58 juta jiwa.

Dadang Hardiawan Kepala BPS Jatim menyebutkan, ada sejumlah faktor yang mempengaruhi peningkatan jumlah penduduk miskin di Jatim. Salah satunya penurunan aktivitas ekonomi.

BPS Jatim melakukan observasi mengenai aktivitas ekonomi ini melalui pantauan satelit di malam hari selama Maret-September 2020. Pantauan ini mengukur intensitas cahaya di malam hari.

“Berdasarkan pantauan satelit ini, aktivitas ekonomi di Jatim pada Maret 2020 masih lebih baik dibandingkan September 2020. Intensitas cahaya pada bulan September menurun dibandingkan Maret,” ujarnya.

Faktor lain yang menjadi penyebab kenaikan jumlah penduduk miskin adalah penurunan mobilitas penduduk. Survei menunjukkan, selama Maret-September, masyarakat lebih banyak di rumah. Data BPS menunjukkan, penurunan mobilitas penduduk tertinggi di sejumlah tempat di Jatim terjadi pada April. Baik di tempat perdagangan ritel dan hiburan, tempat belanja kebutuhan sehari-hari, juga taman.

Sementara di tempat transit dan tempat kerja, penurunan mobilitas penduduk tertinggi terjadi pada bulan Mei. Selam dua bulan itu, Jatim menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) jilid pertama.

“Persoalan kemiskinan bukan sekadar berapa jumlah penduduk miskin dan prosentasenya. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan itu,” kata Dadang.

Indeks Kedalaman Kemiskinan di Jatim meningkat dari 1.818 pada Maret 2020 menjadi 1.970 pada September 2020. Demikian halnya keparahan kemiskinan, naik dari 0,430 jadi 0,529 di periode yang sama. (Her)