Pengamat: Kendati di Serang Korupsi Gagal Jungkalkan Elektabilitas PDIP

ANP • Wednesday, 24 Feb 2021 - 11:22 WIB

Jakarta - Hasil jajak pendapat terkini dari 4 lembaga survei menunjukkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) berada pada posisi teratas dengan elektabilitas yang jauh diatas partai lainnya. Meskipun sebelumnya Tempo dua kali menampilkan cover story soal korupsi bansos dengan menyebut petinggi PDIP, namun tak memengaruhi elektabilitas partai.

Pengamat politik, Ninoy Karundeng, menyebutkan bahwa serangan Tempo dalam upaya membusukkan PDIP dengan menyeret para pentolan seperti Herman Hery dan istilah ‘Madam' dalam kasus bansos adalah upaya sistematis untuk menghancurkan kredibilitas PDIP.

"Bukan hanya Herman Hery, Tempo pun secara jelas menyeret seolah ada keterlibatan petinggi PDIP yang disebut Tempo sebagai Madam yang jelas mengarah ke Puan Maharani," ujar Pengamat Politik Ninoy Karundeng, Selasa (23/2/2021).

"Tempo berusaha menggiring opini agar publik melihat PDIP sebagai partai yang tidak layak untuk didukung," lanjut Ninoy.

Menurutnya, seluruh strategi dan upaya dilakukan termasuk mengundang Herman Hery dan mewawancarai aparat hukum, namun semua narasumber disimpan oleh Tempo. Terlihat publik  dibodohi oleh Tempo yang membuat narasi sesuai dengan imajinasi Tempo sendiri yang dikemas dengan seolah sesuai azas azas jurnalisme .

"Upaya Tempo melakukan pembusukan terhadap PDIP gagal total. Empat hasil survei terakhir dari lembaga lembaga kredibel tentang elektabilitas partai politik menunjukkan PDIP tetap sebagai parpol teratas," ungkapnya.

Diketahui, hasil survei Parameter menunjukkan bahwa PDIP tetap memiliki elektabilitas tertinggi dibanding partai politik lainnya yaitu 25,1 persen.

"PDIP sementara masih menjadi partai dengan elektabilitas tertinggi 25,1 persen disusul Golkar dengan 11,2 persen dan Gerindra 10,9 persen," demikian data rilis survei Parameter Politik, Senin (22/2/2021).

Lembaga survei lain juga menempatkan PDIP sebagai partai yang dipilih oleh rakyat. Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil yang sama, yakni menempatkan PDIP sebagai partai teratas dengan 20,1%.

“PDIP 20,1%, Gerindra (11%), Golkar (8,3%), PKS (6,8%), PKB (6,7%), Demokrat (4%), Nasdem (2,5%), PAN (2,5%), PPP (1,5),” kata Djayadi Hanan, Direktur Eksekutif LSI, di Jakarta, Senin (22/2/2021).

Djayadi juga menyampaikan dari hasil survei terlihat kedekatan responden dengan partai politik. PDIP berada di urutan pertama sebesar 35,4%, disusul PKB 13,1%, lalu Gerindra 12,4%, PKS 8,6%, PPP 5,7%, PAN 4,1%, NasDem 3,8%, Demokrat 1,8%, Hanura 0,9% dan partai lainnya.

Hasil survei Lembaga Survei Indometer menunjukkan elektabilitas PDIP masih teratas yakni 22,3 persen jauh mengungguli Gerindra 13,5 persen dan Golkar 8,3 persen. Termasuk hasil survei Litbang Kompas pun masih menempatkan PDIP sebagai partai yang paling dipilih oleh rakyat.

Data hasil survei Litbang Kompas yang dirilis pada Senin (22/2/2021) menunjukkan elektabilitas PDIP tetap nomor satu yakni 19,7% dan data itu menunjukkan ada peningkatan yang mana hasil pemilu 2019 yaitu 19,3%.

Dengan demikian, kata Ninoy, hasil survei di tengah gempuran Tempo yang membuat opini liar tak berdasar lewat pembusukan kader dan pimpinan PDIP oleh Tempo tidak membuahkan hasil.

"Tempo justru di mata rakyat menjadi media pesanan. Tempo gagal membobongi rakyat yang telah paham dengan cara-cara culas Tempo dalam mengolah opini seolah fakta dan peristiwa. Hingga upaya pembusukan Tempo terhadap PDIP pun gagal total," tegas Ninoy.

Menurut Ninoy, Tempo gencar menghantam PDIP dengan kemasan jurnalisme investigatif ciamik masa lalu, Tempo memainkan jurusnya. Posisi Tempo yang selalu menyembunyikan sumber berita, dan mengolah imajinasi menjadi seolah data, membuatnya seolah memiliki sumber kredibel.

"Keterlibatan Juliari Batubara dalam kasus Bansos, dijadikan sebagai starting point untuk menyerang PDIP yang pada titik kulminasinya bertujuan untuk menjungkalkan Presiden Jokowi. Karena Tempo berpikir bahwa PDIP adalah kekuatan utama pendukung Jokowi," pungkasnya. (ANP)