Ini Analisis Indo Barometer Soal AHY di Demokrat

ANP • Friday, 26 Feb 2021 - 23:22 WIB

Jakarta - Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari, menyebut ada dua analisis terkait isu kudeta Partai Demokrat (PD) yang membuat Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sampai turun gunung. Diantaranya yaitu ketidakcakapan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) atau memang isu kudeta ini dari awal adalah desain SBY.

Analisis pertama, Qodari menilai isu tersebut terlalu besar sehingga tidak bisa dipadamkan oleh AHY selaku Ketua Umum Partai Demokrat.

"Teori pertama dan dilihat banyak orang bahwa Pak SBY turun gunung dan itu adalah pertanda bahwa api dalam Partai Demokrat terlalu besar untuk dipadamkan oleh seorang AHY, begitu," kata Qodari kepada wartawan, Jumat (26/2).

"Dan sebetulnya memang begitulah risiko yang terjadi ketika SBY tampil karena itu akan memberikan pesan atau ditafsirkan pihak luar sebagai sebuah pertanda ketidakmampuan AHY," imbuhnya.

Analisi kedua, Qodari menilai SBY sesungguhnya merupakan sutradara atau dalang dari isu kudeta Partai Demokrat. Menurutnya, AHY sosok yang tampil di panggung depan, sementara SBY berada di panggung belakang.

"Sesungguhnya sutradara atau dalang sesungguhnya dari cerita mengenai kudeta PD ini adalah Pak SBY itu sendiri. Jadi panggung depannya adalah AHY, tapi panggung belakangnya, dapurnya sesungguhnya, adalah Pak SBY, gitu," ucapnya.

Menurutnya, hal itu juga terbukti melalui pernyataan SBY yang terkesan menepis pernyataan AHY saat mengungkap isu kudeta PD. Sebab, SBY terkesan menegasikan pernyataan saat mengatakan ia tidak percaya Presiden Jokowi terlibat dan nama sejumlah menteri hanya dicatut dalam isu kudeta.

"Jadi ya AHY memberikan pernyataan tapi yang membantah kan SBY. Jadi ini istilahnya main pingpong. Jadi AHY menyatakan, SBY menegasikan. Jadi menurut saya itu pertanda bahwa sebetulnya aktor atau penulis skenarionya adalah SBY," katanya.

Terlebih, kata Qodari, SBY sempat mengeluarkan tulisan yang membahas perihal 'the good, the bad, and the ugly' sehari sebelum AHY mengungkapkan isu kudeta. Qodari menilai unggahan SBY itu merupakan pengantar dari deklarasi AHY terkait kudeta PD.

"Sebelum press conference AHY pada siang hari, malamnya kan SBY sudah mengeluarkan twit yang mengatakan ada the good guy, ada the bad guy, dan ada the ugly. Kira-kira begitu, the good, the bad, and the ugly. Itu kan sebetulnya pengantar menuju press conference-nya AHY," ucapnya.

Qodari juga menyampaikan terkait peluang AHY untuk melenggang ke Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024. Menurutnya, AHY membutuhkan 4 P untuk bisa menuju Pilpres 2024 mendatang. Namun AHY dinilai masih punya 2 kekurangan.

"AHY itu memerlukan 4 P untuk bisa menuju pentas nasional di masa datang. 2 P yang pertama sudah dimiliki AHY yaitu Partai dan Penampilan. Partainya Demokrat, punya kursi lumayan di DPR, penampilan karena ganteng tinggi," ujar Qodari.

Namun, menurut dia, 2 P itu sesungguhnya masih tidak cukup untuk menuju Pilpres 2024 mendatang. Karena, kata dia, masyarakat membutuhkan penilaian yang lebih mengenai kemampuan.

"Jadi, kemampuan itu hanya bisa ditunjukkan lewat 2 P yang lain yaitu panggung dan pengalaman. Panggung itu ya posisi jabatan publik dan pengalaman itu ya tadi bisa diperoleh juga dari jabatan publik," tuturnya.

Menurut dia, pengalaman-pengalaman menjalankan pemerintahan itu tidak terakomodasi atau tidak tersedia dalam jabatan ketua umum. "Setidaknya tidak komprehensif atau tidak menyeluruh dan pengalaman itu prestasi itu bisa ditunjukkan apabila ada jabatan seperti kepala daerah dan menteri," pungkasnya. (ANP)