Pidato Presiden ‘Benci Produk Luar Negeri’ Bisa Picu Momentum di Perdagangan Internasional

MUS • Friday, 5 Mar 2021 - 07:57 WIB
Okezone

Jakarta – Seperti diketahui, Presiden Jokowi baru saja menggaungkan kalimat ‘cintai produk lokal, benci produk luar negeri’. Hal ini memicu kontroversi, karena Presiden dinilai kurang tepat  menggunakan diksi benci dalam konteks perdagangan.

Hal ini tidak dibantah oleh Juru Bicara Kementerian Perdagangan Fithra Faisal Hastiadi, saat dihubungi oleh MNC Trijaya FM, Kamis malam (4/3/21).

“Sebenarnya ini 'statement' yang menimbulkan kompleksitas tinggi di masyarakat. Kata benci sedikit banyak menimbulkan kompleksitas. Tetapi sebenernya kompleksitas ini tidak perlu,” ujar Fithra.

Di sisi lain ucapan Presiden Jokowi bisa dinilai sebagai momentum, untuk peduli terhadap produksi dalam negeri. Sejatinya, bangga buatan Indonesia merupakan program nasional sejak tahun 2020 untuk mendukung pelaku UMKM yang terdampak pandemi.

Saat ditanya soal pidato presiden yang dinilai kontradiktif dengan fakta di lapangan, Fithra menjelaskan bahwa proses perdagangan internasional tidak hanya dilihat dari impor saja.

“Untuk mendukung perdagangan internasional, tidak hanya membatasi impor, sebenarnya dengan mendorong ekspor juga. Tidak apa kita impor, yang penting dari impor kita bisa menghasilkan produk-produk ekspor,” ujarnya.

Pada tahun 2020, berdasarkan data Kemendag Indonesia mengalami surplus perdagangan hingga 22 miliar dolar AS. Angka ini diklaim tertinggi sejak tahun 2012. Meskipun Indonesia tetap harus sungguh-sungguh, terutama dalam masalah elastisitas impor terhadap ekspor yang masih sangat rendah.

Fithra mengatakan pernyataan ‘benci produk luar negeri’ bisa memicu implikasi pada perdagangan internasional. Salah satunya bisa terjadi proteksi perdagangan terhadap produk Indonesia.

Namun sisi baiknya, produk Indonesia dinilai kompetitif jika terjadi kebijakan proteksionis di negara lain terhadap produk lokal. Selain itu, pidato tersebut dinilai dapat meningkatkan kinerja Kementerian Perdagangan untuk lebih intensif lagi memacu ekspor. (TIO)