Menko PMK Kunjungi Desa Cagar Budaya Nias Selatan

ANP • Thursday, 18 Mar 2021 - 23:44 WIB

Nias Selatan - Indonesia memiliki beragam budaya khas di tiap-tiap daerah. Desa Bawomataluo di Kabupaten Nias Selatan, Kepulauan Nias, selain dikenal dengan tradisi lompat batu juga memiliki rumah adat yang disebut Omo Hada dan Omo Sabua.

Namun seiring waktu, kondisi rumah adat yang kini berjumlah 125 itu telah mengalami beberapa kerusakan. Hal tersebut dikhawatirkan bisa mengancam kelestarian rumah adat di Desa Bawomataluo dalam kurun 10 sampai 20 tahun mendatang.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan bahwa rumah adat Suku Nias telah mendapatkan pengakuan secara resmi dari pemerintah.

Bahkan, keberadaan rumah adat itu salah satunya juga berhasil menghantarkan Desa Bawomataluwo ditetapkan sebagai Desa Cagar Budaya Nasional oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada tahun 2018.

"Tahun 2018 alhamdulillah berhasil kita perjuangkan menjadi desa adat resmi secara nasional. Pemerintah daerah, kepala adat, dan juga kepala desa Bawomataluo harus bertanggung jawab melestarikan rumah adat ini," ujarnya saat kunjungan kerja ke Kabupaten Nias Selatan, Kepulauan Nias, Kamis (17/3).

Kendati demikian, menurut Muhadjir, pemerintah pusat pun memiliki tanggung jawab terutama menyediakan dana untuk revitalisasi rumah adat di Desa Bawomataluo. Di samping tentunya komitmen dari pemangku kebijakan serta masyarakat adat setempat.

Menko PMK meminta kepada Bupati Nias Selatan untuk segera mengajukan proposal revitalisasi agar bantuan dana dari pemerintah pusat, khususnya Ditjen Kebudayaan Kemendikbud, dapat direalisasikan.

"Kalau bisa tahun ini (Bupati Nias Selatan) mengajukan proposal revitalisasi rumah adat. Nanti saya akan upayakan untuk mendapat bantuan dari Dirjen Kebudayaan Kemendikbud," sebut Muhadjir yang juga mantan Mendikbud.

Bak gayung bersambut, Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbud Restu Gunawan mengutarakan bahwa Kemendikbud tahun ini memiliki program desa pemajuan kebudayaan.

"Nanti salah satunya di desa ini (Desa Bawomataluo) kita akan lakukan (pemajuan kebudayaan)," imbuhnya.

Di lain sisi, bukan hanya revitalisasi, Menko PMK juga mendorong rumah adat Desa Bawomataluo untuk bisa ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. Seiring kekayaan budaya yang tak ternilai pada desa tersebut.

Menko PMK dan rombongan juga disuguhi lompat batu tradisional oleh empat pemuda terpilih. Lompatan ke batu setinggi sekitar 2 meter itu sukses melenting tanpa menyentuh batu dan mendarat dengan berdiri. 
Tradisi lompat batu dan rumah adat Bawomataluo  ini pernah dijadikan gambar uang Rp 1000.


Problem Stunting Jadi Prioritas

Pada kesempatan yang sama, Menko PMK juga menekankan pentingnya menjaga keberlangsungan sumber daya manusia (SDM). Hanya persoalannya, angka stunting di Kepulauan Nias secara keseluruhan masih terbilang tinggi di atas 40% melebihi rata-rata nasional 27,67%.

Sementara, diketahui penyebab bayi lahir stunting di Kepulauan Nias salah satunya yaitu akibat persoalan minim sanitasi. Tidak kurang dari 16 desa hingga kini belum stop buang air besar sembarangan dan 40% rumah-rumah di desa belum memiliki sanitasi.

"Nanti akan saya bicarakan dengan Pak Bupati dan Sekda. Lebih lanjut kita carikan bantuan dana untuk pembangunan WC bagi masyarakat," tuturnya.

Muhadjir menilai penanganan stunting di desa sangat penting karena akan berdampak terhadap kemajuan desa. Terlebih, anak-anak sebagai penentu masa depan bangsa Indonesia. Untuk itu penanganan stunting jadi prioritas untuk melahirkan generasi lebih baik.(ANP)