Eks Napi Teroris: Aksi Teror Tidak Selalu Terorganisir

MUS • Thursday, 1 Apr 2021 - 07:49 WIB

Jakarta – Aksi teror di Indonesia terjadi secara sporadis dalam sepekan belakangan ini. Baru pada hari Minggu (28/3/2021) lalu terjadi serangan bom di Gereja Katedral Makassar, pada Rabu kemarin (31/3) masyarakat kembali dikejutkan dengan serangan terduga teroris di Mabes Polri.

Hal ini jadi pertanyaan besar bagi masyarakat. Pasalnya, serangan yang terjadi sepekan ini dinilai tidak menentu dan tanpa momentum yang jelas.

Direktur Yayasan Jalin Perdamaian sekaligus mantan narapidana terorisme Yudi Zulfahri menegaskan, aksi teror berulang ini bukan merupakan hal yang baru.

“Sehubungan dari kejadian di Makassar ya, mereka hanya ingin memberikan eksistensi dan membangkitkan lagi semangat. Jadi orang-orang yang mungkin selama ini masih diam, masih nggak tau kapan mau beraksi, ketika ada satu kejadian, tanpa terorganisir itu bisa langsung bergerak,” tutur Yudi kepada MNC Trijaya FM, Rabu (31/3/2021).

Menurut Yudi, hal ini merupakan serangkaian kejadian yang sama untuk menunjukkan eksistensi para pelaku teror, sekaligus memicu serangan yang lebih besar, tidak menutup kemungkinan akan ada kejadian serupa di tempat lain.

“Jaringan terorisme ini nggak harus terorganisir, jadi bisa membuat rangkaian kegiatan tanpa harus berhubungan satu sama lain. Mereka teriris oleh ideologi,” ujarnya.

Untuk melakukan serangkaian aksi teror, pelaku tidak selalu harus satu jaringan dan berhubungan satu sama lain. Berdasarkan pengalamannya, ketika ada penangkapan di suatu daerah, pelaku teror di daerah lain seringkali beraksi untuk mengalihkan perhatian.

Karena tidak selalu terstruktur pada suatu momentum, aksi teror bisa terjadi dengan skala yang berbeda-beda.

“Hari ini (serangan Mabes Polri), lebih sulit untuk dideteksi walaupun secara kualitas serangan itu lebih kecil ya daripada di Makassar,” kata Yudi.