Tahun Kedua Pandemi, Pakar: Masyarakat Tetap Perlu Edukasi

MUS • Tuesday, 6 Apr 2021 - 09:39 WIB

Jakarta – Pandemi Covid-19 sudah memasuki tahun kedua. Meskipun pemerintah Indonesia dan seluruh dunia sedang gencar melakukan vaksinasi,  namun nyatanya angka positif masih tetap berlangsung, meskipun angkanya bisa ditekan.

Masyarakat bahkan pemerintah, saat ini dinilai mulai agak longgar dalam pemberlakuan kebijakan maupun pembatasan aktivitas. Hal ini yang kemudian perlu jadi perhatian khusus, bahwa masyarakat dan pemerintah harus saling mengingatkan kembali terkait situasi pandemi. 

Epidemiolog Griffith University, Brisbane Australia, Dicky Budiman menegaskan masyarakat perlu diingatkan kembali soal kondisi pandemi yang masih berlangsung.

“Yang menjadi masalah klasik setiap pandemi yang lebih dari satu tahun, kita akan menghadapi hambatan atau tantangan yaitu kelelahan, secara mental, bahkan dari sisi pemerintah sekalipun akan ada,” ujar Dicky saat dihubungi MNC Trijaya FM, Kamis (1/4/2021).

Menurut Dicky, ketika kelelahan atau ‘pandemic fatigue’ dibiarkan tanpa ada upaya untuk meredam mobilitas masayarakat yang tinggi dapat menyebabkan mutasi virus baru dan lonjakan angka positif. Dicky menegaskan dalam kondisi ini perlu ada revitalisasi dan reaktivasi terhadap publik tentang segala informasi. 

Di waktu yang sama, Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19, Sonny Harry B. Harmadi mengatakan, perilaku masyarakat merupakan hal yang wajar.

“Itu manusiawi sekali bahwa orang lelah (menghadapi pandemi), tetapi itulah bentuk perjuangan kita, kalau kita bisa disiplin, ikhtiar betul, maka kita akan bisa menghadapi pandemi ini,” kata Sonny. 

Pemerintah melalui Satgas Covid-19 saat ini terus berupaya mengedukasi masyarakat, salah satunya lewat buku panduan. Selain itu pemerintah juga terus menerapkan PPKM mikro dan protokol kesehatan.

Menurut Sonny, di level mikro atau desa, masyakarat sebagai subjek, bisa membentuk kebijakan untuk komunitasnya sendiri. Perilaku ini yang terus di apresiasi oleh pemerintah, supaya masyarakat tetap membatasi mobilitas bahkan di level terkecil. (TIO)