Bertahan di Masa Pandemi, IKM Pakaian Harus Kembangkan Kreatifitas

AKM • Wednesday, 14 Apr 2021 - 07:10 WIB

Bandung - Pada masa pandemi covid 19, terus menimbulkan dampak negatif termasuk nagi pelaku Industri Kecil Menengah ( IKM).  Mereka terus bertahan dan tumbuh dalam memenuhi kebutuhan pasar yang mengalami penurunan.

Pada tahun 2020, IKM Pakaian Jadi terkena dampak akibat pandemi Covid-19 sebesar 13,64% di mana sebanyak 134.714 IKM Pakaian Jadi mengalami kerugian 23,63% yaitu sebesar Rp4,3 Triliun. 

Dirjen IKM dan Aneka Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Gati Wibawaningsih melakukan kunjungan kerja pada tiga IKM Pakaian Jadi yang berlokasi di Bandung, Jawa Barat yaitu IKM Konveksi Distro Motherqueen, IKM Busana Muslim Hasbiyanur, dan IKM Kerudung Printing Meflanna. 

“Kunjungan kerja ini dilakukan sebagai tujuan untuk mengetahui kondisi IKM pakaian jadi setelah 1 tahun masa pandemi, melihat apakah ada pengaruh produk pakaian jadi impor terhadap IKM dan mengecek apakah ada kendala dari bahan baku untuk IKM pakaian jadi," ungkap Gati di Bandung, Selasa (13/4/2021)

Sejumlah IKM mengungkapkan  keluhan persaiangan tidak aehat dengan produk lmpor, penurunan permintaan produk, hingga perubahan strategj melalui on line dan produk mengikuti keinginan pasar.

“Ditjen IKMA memberikan fasilitas program kegiatan bagi IKM yang terdampak Covid-19 melalui program atau fasilitas seperti Workshop E-Smart IKM, Restrukturisasi Mesin, Bimbingan Teknis dan Capacity Building, Fasilitasi Pameran dan Fesyen Show Virtual dan kompetisi yang diselenggarakan seperti Modest Fashion Project atau Indonesian Fashion and Craft Award," paparnya. 

IKM diharapkan dapat mengembangkan strategi bisnisnya dengan diversifikasi produksi, misalnya industri pakaian memproduksi masker kain, brand fesyen memproduksi pakaian rumah (home leisure wear), IKM fesyen muslim memproduksi hijab yang dilengkapi dengan masker, dan mengambil peluang masyarakat yang saat ini sedang gemar olahraga untuk produk pakaian olahraga. 

IKM dituntut untuk dapat mengubah model bisnis agar terus dapat bertahan dan tumbuh di masa pandemi ini. Selain itu IKM harus bisa memanfaatkan peluang dengan optimalisasi pemasaran langsung ke konsumen melalui platform online. 

“ Salah satu cara dengan menggunakan sistem inti dan cabang plasma yang lebih efektif dan efisien. Yakni dengan membagi tugas pekerjaan dengan masyarakat sekitar yang memiliki kemampuan. Tanpa harus mendirikan sebuah pabrik garmen,” jelasnya.

Gati menyampaikan bahwa kinerja industri pakaian jadi memberikan perkembangan yang cukup baik setelah 1 tahun masa pandemi, IKM – IKM tersebut juga tidak sulit dalam mencari bahan baku.  

“Walaupun masih ada kendala yang dihadapi IKM dalam berkompetisi dengan produk impor, kontribusi industri tekstil dan pakaian jadi pada PDB industri pengolahan non migas tahun 2020 mencapai 6,76%, dengan nilai ekspor industri pakaian jadi mencapai USD7,04 miliar, sedangkan nilai ekspor untuk industri tekstil mencapai USD3,58 miliar,” pungkas Gati.