Cetak Rekor Baru Ekspor, Kebijakan Menko Airlangga Pulihkan Ekonomi di Jalur yang Tepat!

MUS • Thursday, 15 Apr 2021 - 21:58 WIB

Jakarta - Pemulihan ekonomi nasional berjalan di jalur yang tepat. Hal tersebut tercermin dari surplus neraca perdagangan dan kenaikan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia yang berada di level ekspansif. 
 
"Ini menandakan kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional sejalan dengan pemulihan pertumbuhan ekonomi global," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, kepada MNC Media, Kamis (15/4/2021). 

Seperti diketahui, data neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar US$5,5 miliar atau Rp80,3 triliun (Rp14.600 per US$) sepanjang kuartal I tahun ini.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor Indonesia pada Maret 2021 mencapai US$ 18,35 miliar. Angka ini yang tertinggi selama pandemi Covid-19.

Bahkan, hampir melampaui posisi tertinggi sejak Agustus 2011, yang saat itu nilai ekspornya sebesar US$ 18,64 miliar.

Ekspor pada Maret 2021 ini naik 30,47 persen secara _year-on-year_ dibandingkan dengan Maret 2020. 

"Pasar ekspor menandakan mulai terjadi pemulihan ekonomi global ekspor (non migas) ke Tiongkok di bulan Maret sebesar US$ 3,73 miliar dan ke Amerika Serikat US$ 2,07 miliar," kata Airlangga yang juga Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) tersebut. 

Selain kedua negara tersebut, ekspor non migas Indonesia tercatat ke Jepang US$ 1,38 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 41,12 persen. 

Adapun, ekspor ke negara-negara ASEAN dan Uni Eropa yang mencakup 27 negara masing-masing sebesar US$ 3,46 miliar dan US$ 1,44 miliar.

Airlangga mengatakan kenaikan ekspor tersebut sejalan dengan kenaikan PMI yang telah mencapai 53,2 atau pada fase ekspansif. 

Diketahui, selama 6 bulan terakhir PMI Indonesia berada di level ekspansif.

IHS Markit mencatat, Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia pada bulan Maret 2021 mencapai 53,2 atau naik dari 50,9 pada Februari 2021. Posisi tersebut disebut-sebut sebagai posisi tertinggi dalam satu dekade pengumpulan data IHS Markit sejak April 2011.

Indikator kinerja manufaktur Indonesia sudah melampaui tingkat kenormalan sebelum pandemi Covid-19. 

Pada keadaan normal, angka PMI berada di kisaran 51.