Hari Kartini, Kepala BKKBN Ajak PKK dan Dharma Pertiwi Cegah Stunting

ANP • Saturday, 24 Apr 2021 - 01:07 WIB

Jakarta - Anak merupakan salah satu aset utama bagi suatu negara untuk mempersiapkan generasi penerus bangsanya. Anak merupakan anugerah sekaligus amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga dalam tumbuh kembangnya secara baik dan berkualitas. Peran orang tua atau keluarga merupakan pondasi utama dalam membentuk karakter anak yang baik dan berkualitas. Anak yang berkualitas bermula dari pengasuhan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang baik, atau bahkan bila di telusur lebih jauh adalah bermula dari Remaja yang sehat sebagai calon orang tua yang akan melahirkan anak yang sehat pula. Permasalahan gizi saat ini di Indonesia yang paling menonjol adalah Stunting. Karena itu salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting. Upaya ini bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global. 

Permasalahan gizi saat ini di Indonesia yang paling menonjol adalah Stunting. Karena itu salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting. Upaya ini bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global.

Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih. Berbagai intervensi telah dilakukan oleh Pemerintah bekerjasama dengan berbagai sektor untuk menurunkan prevalensi stunting. Data menunjukan Proporsi stunting atau balita pendek karena kurang gizi kronik turun dari 37,2% (riskesdas 2013), menjadi 30,8% pada riskesdas 2018. 

Melalui berbagai intervensi baik yang bersifat spesifik yaitu kerangka kegiatan intervensi gizi yang ditujukan kepada anak dalam 1000 HPK yang umumnya dilakukan pada sektor kesehatan yang bersifat jangka pendek dimana hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek, maupun intervensi sensitive yaitu Intervensi yang dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan yang dapat berkontribusi pada penurunan stunting, angka prevalensi stunting berhasil turun menjadi 27,67% berdasarkan Studi Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI) tahun 2019. Upaya ini tentunya harus berkelanjutan agar dapat dipastikan bahwa Indonesia bisa mencapai prevalensi stunting 14% sebagaimana ditargetkan Presiden RI tahun 2024. 

Kepala BKKBN Dr.(H.C.), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) menjelaskan, “Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih. Pola asuh yang diberikan orangtua kepada anak-anak sangat berkaitan erat dengan kualitas anak-anak dalam tumbuh kembangnya. Ada 3 (tiga) kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi dalam mendidik karakter anak. Asih merupakan  kasih sayang dari orang tua. Ini merupakan faktor penting dalam tumbuh kembang anak dan pengembangan karakternya, kaena hal ini akan menimbulkan rasa percaya diri dan  mengurangi gangguan mental emosional anak. Asuh atau pengasuhan antara lain meliputi,  pemberian nutrisi yang cukup, tempat bermain yang memadai, perawatan saat sakit, lingkungan yang sehat dan baik. Sementara itu, untuk menjadikan anak kreatif aspek asahlah yang berperan. Asah meliputi pendidikan non formal dan formal termasuk stimulasi, olah raga dan lain-lain,” jelas dokter Hasto.

Ketua Umum Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Ibu Tri Tito Karnavian mengungkapkan, “Stunting adalah salah satu masalah kekurangan gizi kronis dalam waktu yang cukup lama dan pola asuh ortu sangat mempengaruhi terjadinya kekurangan gizi pada balita. Dampak buruk yang dapat disebabkan masalah gizi ini pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dalam jangka pendek dapat menganggu gangguan fisik dan mental. Salah satu proses terjadinya stunting adalah dampak dari pernikahan dini dan menjadi semakin sulit ketika budaya pernikahan dini adalah hal yang biasa,” imbuh Tri Tito saat membuka Webinar “Peran Kartini Indonesia di Era Millenial dalam Pencegahan Stunting melalui Pemberian Makanan Bergizi Seimbang untuk Anak” melalui Virtual. (Jakarta/22/04/2021)

Pada kesempatan yang sama Ketua Umum Dharma Pertiwi Ibu Nanny Hadi Tjahjanto juga menambahkan”, Betapa pentingnya asupan gizi bagi tumbuh kembang para penerus bangsa, dan harus senantiasa diindahkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai orangtua kita harus dapat mempersiapkan anak-anak kita dengan baik secara fisik dan mental yang di dapat dari bagaimana cara orangtua mendidik dan mengasuh sejak usia dini, anak yang berkualitas adalah dimulai dari 1000 HPK”, imbuh Nanny.

Dokter Hasto menambahkan,” Selain gizi yang seimbang imunisasi lengkap juga sangat penting untuk mencegah stunting”, imbuhnya. “Hari Kartini menjadi momentum sangat tepat untuk melanjutkan perjuangannya untuk memperjuangkan kesehatan perempuan  yang pada gilirannya juga menyehatkan anak-anak dan bebas dari stunting untuk menuju Indonesia unggul dan maju. Selain itu, “Angka kematian ibu dan bayi itu menjadi tolak ukur  derajat kesehatan sebuah bangsa, maka sudah selayaknya marilah kita  meneruskan perjuangan R.A Kartini. Kemudian kita bisa menurunkan angka kematian ibu dan bayi melalui pendidikan, pengajaran terkait dengan kesehatan reproduksi, masalah  seksualitas kepada remaja,  perempuan, dan keluarga”, terang dokter Hasto. (ANP)