Arah Baru Riset dan Inovasi Nasional

MUS • Friday, 30 Apr 2021 - 22:48 WIB

Jakarta – Prof. Laksana Tri Handoko resmi dilantik Presiden Jokowi sebagai Kepala Badan Riset dan Inovasi (BRIN) pada hari Rabu lalu (28/4/2021). Handoko akan mengisi tempat yang ditinggalkan Bambang Brodjonegoro.

Handoko mengatakan targetnya sesuai dengan arahan Presiden yaitu, konsolidasi sumber daya riset dari lokasi. Yaitu, Sumber Daya Manusia (SDM), anggaran dan infrastruktur dalam BRIN yang sebelumnya sempat terpencar di banyak lembaga riset pemerintah. Hal tersebut akan menghindari tumpang tindih dan meningkatkan efisiensi dari pemakaian sumber daya tersebut.

“Saat ini kami masih memproses lembaga-lembaga atau kementerian, yang memiliki sumber daya riset apakah akan melepaskan divisinya atau tidak. Tim transisi saat ini sedang berjalan, tetapi bentuk transisinya seperti apa ya ini sedang proses, jadi kita belum tahu pasti bagaimana jalannya,” ujar Handoko dalam program Trijaya Hot Topic Petang Jum’at (30/4/2021).

Handoko juga menjelaskan BRIN akan menyiapkan organ dan birokrasinya terlebih dahulu sebelum memulai riset lebih jauh. Semua divisi tetap bekerja seperti semula, Handoko ingin bisa memonitoring dan mendukung tim-tim dan divisi yang sebelumnya ada yang terpencar-pencar.  

“Kalau dari Presiden arahannya sudah jelas, BRIN harus memandang masa depan kan dan masa depan itu ya Green Economy. Dan bagaimana kita juga bisa memanfaatkan sumber kekayaan alam kita, termasuk di dalamnya utilisasi pemanfaatan biodiversitas Indonesia. Karena kan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat banyak, jadi kami akan memanfaatkan SDA tersebut untuk dikembangkan sebagai obat, pangan baru, energi dan sebagainya,” kata Handoko.

Handoko mengatakan dari banyaknya sektor lintas kementerian lembaga yang harus dikoordinasikan, tergantung mekanisme dan skema yang akan BRIN bangun. Untuk Lembaga Pemerintah Nonkementerian (LPNK) akan lebih mudah, sedangkan untuk Litbang Kementerian yang lain akan dilihat satu persatu lebih dulu. Handoko berharap bisa menciptakan relasi yang berbasis insentif supaya bisa berkolaborasi.

“BRIN itu tidak hanya sebagai pelaku riset, tidak hanya untuk memfasilitasi para periset yang di dalam BRIN. Tetapi BRIN juga harus menjadi fasilitator bagi pihak lain, apakah itu akademisi maupun industri. Supaya mereka bisa masuk ke dalam dunia riset untuk meningkatkan nilai tambah dan nilai kompetitif dari produk yang dijual,” kata Handoko. (Daf)