Breaking News: Indonesia Masih Resesi, Ekonomi Kuartal I-2021 Minus 0,74%

VIR • Wednesday, 5 May 2021 - 12:36 WIB

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2021 minus 0,74%. Dengan demikian Indonesia masih masuk ke dalam jurang resesi.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terkontraksi 0,74%," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Jakarta, Rabu (5/5/2021).

Secara year on year ekonomi Indonesia kuartal I-2021 terkontraksi 0,74%. Sementara secara quartal to quartal ekonomi Indonesia masih terkontraksi 0,96%.

Sebelumnya, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan, pertumbuhan ekonomi kuartal I-2021 masih akan tumbuh negatif.

"Kuartal I diperkirakan pertumbuhan ekonomi masih terkontraksi pada sekitar 0,6%-0,9% secara yoy," kata Suharso dalam video virtual, Selasa (4/5/2021).

Ekonom Bank Permata Josua Parde memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal I 2021 minus 0,87% (year on year /yoy) dari kuartal sebelumnya tercatat minus 2,19% yoy.

Dia mengatakan,pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan mengalami kontraksi di kisaran minus 1,0% yoy. Kontraksi pada kuartal 1 2021 tercatat lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya, di mana konsumsi rumah tangga tercatat terkontraksi sebesar minus 3,61% yoy.

"Semakin terbatasnya kontraksi dipengaruhi oleh percepatan belanja pemerintah pusat terutama belanja bansos, belanja modal dan belanja barang," kata Josua saat dihubungi.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa kuartal II tahun 2021 adalah momen sangat menentukan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Hati-hati di kuartal II tahun ini, berarti bulan April Mei Juni ini sangat menentukan sekali pertumbuhan ekonomi kita bisa melompat naik atau tidak,” katanya dikutip dari akun youtube Sekretariat Presiden, Kamis (15/4/2021).

Dia mengatakan jika ekonomi Indonesia tidak tumbuh di atas 7% di kuartal II maka pada kuartal ke-III akan berat.

“Kalau tidak, kuartal berikutnya kita akan betul-betul sangat berat. Kita harus bisa meningkatkan, menaikkan paling tidak di atas 7% di kuartal II,” ujarnya. (AZN)