In The Heights: Musikal di Pinggiran New York 

MUS • Wednesday, 9 Jun 2021 - 07:50 WIB

Genre: Drama musikal
Sutradara: Jon M. Chu (Crazy Rich Asians) 
Pemeran:  Anthony Ramos, Corey Hawkins, Leslie Grace, Melissa Barrera
Durasi: Hampir 2 jam, 30 menit
Distributor: Warner Bros. Pictures
Mulai tayang di bioskop Indonesia: 9 Juni 2021

New York bukan cuma soal Downtown Manhattan. Nueva York dalam Bahasa Spanyol itu, tak melulu bercerita tentang romansa di Central Park, aksi superhero di Times Square, atau kesibukan bisnis di perkantoran Wall Street. Tetapi juga ada kawasan Washington Heights, dekat jembatan George Washington, di bagian paling utara Manhattan. 

Washington Heights adalah komunitas imigran yang terdiri dari masyarakat asal Republik Dominika, Kuba, Puerto Rico, Meksiko, dan masih banyak lagi. Kemiskinan, diskriminasi, perasaan terpinggirkan, dan pergulatan hidup yang keras di sana, diceritakan dengan sangat ceria dalam musikal "In The Heights". 

Kisahnya dibawakan oleh pemuda bernama Usnavi yang tinggal bersama nenek Claudia, dan bekerja di toko dengan sepupunya Sonny. Usnavi sedang berusaha pulang kampung ke Republik Dominika. Dia ingin mewujudkan cita-cita orang tua yang telah tiada, untuk kembali membangun mimpi kecil di rumah. 

Sebagai pengelola toko, peracik kopi, penjual minuman, lotere, dan kebutuhan lainnya, Usnavi mengenal sejumlah penduduk Washington Heights, termasuk sahabatnya, Benny.

Benny bekerja di rental mobil milik Kevin Rosario. Dia jatuh cinta dengan putri bosnya, Nina, yang cerdas dan baru pulang dari kampus bergengsi, Universitas Stanford di California.

Mereka juga berteman dengan karyawan salon Vanessa, yang bermimpi menjadi desainer baju. Mimpinya adalah menjadi perancang busana di pusat kota, namun kini menghadapi realita di tempat kerja milik bos bernama Daniela. Seperti di tempat lain, salon di Heights juga menjadi ajang gosip sehingga bisa menyatukan banyak karakter di sana. 

Problem para tokohnya diceritakan seputar mengejar mimpi, di sela-sela masalah riil mulai dari keterbatasan finansial, stigma, sampai pemadaman listrik. Menariknya, "In The Heights" menampilkan lagu-lagu Latin yang dijamin minimal penonton menggoyangkan kaki. 

Dengan pemeran yang beragam, "In the Heights" berhasil menggabungkan berbagai cerita, dalam sukacita menjelang musim panas, di sebuah sentra kehidupan masyarakat. Musik dan dance yang ditampilkan juga bervariasi dari hip-hop, rap, Latin, pop, dan teater musikal, yang mengeksplorasi budaya Latin. Masyarakat Washington Heights pun terwakilkan dalam karya Lin-Manuel Miranda, seniman yang pernah menciptakan "Hamilton" dan sutradara "Crazy Rich Asians" Jon M. Chu. 

Kreator dan produser Lin-Manuel Miranda mengakui, “Saya mulai menulis musikal ini ketika saya berusia 19 tahun, dan saya baru berusia 41 tahun. Bahkan ketika saya berusia 19 tahun, acara ini lebih besar dari yang seharusnya. Lebih besar daripada yang mungkin saya lakukan di perguruan tinggi; lebih besar dari yang bisa kami pasang di ruang bawah tanah toko buku drama. Akhirnya, dengan film ini, Jon telah membawanya ke kanvas terbesar. Membayangkan 500 orang menari mengikuti musik Anda di tengah kolam Highbridge Park… bagi saya, setiap hari adalah mimpi yang menjadi kenyataan.”

Sementara sineas Jon M. Chu menilai, “Beberapa diskusi awal, ketika kami mengajukan ini, adalah tentang 'In the Heights' menjadi 'musik jalanan'. Akhirnya, kami akan menggambarkannya sebagai 'musik impian.' Ketika saya pertama kali bertemu dengan para pemain, semua orang berbagi impian sedih mereka sebagai seorang anak. Bagian ini sebenarnya tentang orang-orang dengan dinding yang tidak cukup besar untuk menampung hati mereka,” tutupnya. 

“In the Heights” memadukan musik dan lirik dinamis ala Lin-Manuel Miranda dengan mata sutradara Jon M. Chu yang hidup dan otentik untuk bercerita menangkap dunia pada tempatnya, tetapi universal dalam pengalamannya. Meski unik, baru, lengkap dengan sisi New York yang jarang diangkat, musikal ini bisa tetap relevan untuk kita khususnya dalam isu keberagaman dan mewujudkan mimpi. (MAR)