Kepekaan  Membaca  Situasi  Kunci Pengendalian

FAZ • Wednesday, 23 Jun 2021 - 15:02 WIB

Jakarta  -  Pemerintah  telah  memutuskan  untuk  melakukan  pengetatan  aktivitas  masyarakat sebagai  upaya  pengendalian  kasus  COVID-19  yang  trennya  terus  mengalami  peningkatan  pasca libur  Idul  Fitri.  Langkah  ini  tertuang  dalam  Instruksi  Menteri  Dalam  Negeri  No.  14  tahun  2021.

Pengetatan tersebut dibagi berdasarkan  zonasi  risiko  tingkat kabupaten/kota.  Koordinator  Tim Pakar  dan  Juru  Bicara  Satgas Penanganan  COVID-19  Prof  Wiku Adisasmito  mengungkapkan  zonasi kabupaten/kota  bersifat  dinamis sehingga menjadi sebuah kewajiban  Pemerintah  Daerah untuk  memantau  secara  berkala pergerakan  (tren)  zonasi  ini.  

“Pemerintah  Daerah  harus  lebih peka  dalam  membaca  data  tren zonasi  di  wilayahnya.  Jika  lebih  dari seminggu  zonasi  masih  tetap  di zona  oranye  atau  merah,  maka upaya  penanganan  seperti  PPKM Mikro  harus  dievaluasi,”  jelas Koordinator  Tim  Pakar  dan  Juru Bicara  Satgas  Penanganan  Covid19  Wiku  Adisasmito  dalam  siaran persnya,  Selasa,  22  Juni  2021.  

Lebih  lanjut,  upaya  ini  diharapkan juga  dapat  melatih  kemampuan daerah  untuk  menjalankan  upaya gas-rem  yang  baik  berdasarkan sensitivitas  yang  tinggi  terhadap kondisi  kasus  COVID-19. Tak  hanya  itu,  pemerintah  juga  terus  memotivasi  optimalisasi  PPKM  Mikro  dan  fungsi  posko.

Pada  prinsipnya,  ketika  suatu  kabupaten/kota  diinstruksikan  oleh  pemerintah  provinsi  untuk menjalankan  PPKM  Kabupaten/Kota,  maka  secara  otomatis  seluruh  desa/kelurahan  yang  ada  di bawahnya  menjalankan  PPKM  Mikro.   Baik  PPKM  Kab/Kota  maupun  PPKM  Mikro  sama-sama  merupakan  upaya  pengendalian.

“Hal yang  membedakan  adalah    PPKM  Kab/Kota  bertujuan  untuk  memonitor  sektor-sektor  besar seperti  restoran,  pusat  perbelanjaan,  perkantoran,  dan  sektor  lainnya,  termasuk  memonitor implementasi  PPKM  Mikro.  Sedangkan  PPKM  Mikro  berfungsi  secara  spesifik  untuk  mengawasi kegiatan  di  masyarakat  yang  umumnya  sulit  untuk  dikendalikan,”  papar  Wiku.

Selain  itu,  pemerintah  juga  memaksimalkan  pencegahan  lonjakan  kasus  melalui  Surat  Keputusan Bersama  (SKB)  Menteri  Agama,  Menteri  Ketenagakerjaan,  Menteri  PANRB.  Melalui  ini, pemerintah  memutuskan  tiga  perubahan  ketetapan  hari  libur  nasional,  yaitu  Hari  Libur  Nasional Tahun  Baru  Islam  1443  Hijriah  dan  Maulid  Nabi  Muhammad SAW masing-masing dimundurkan 1 hari  menjadi  Rabu,  11  Agustus  2021  dan  Rabu,  20  Oktober  2021,  serta  peniadaan  Cuti  Bersama Hari  Raya  Natal  pada  24  Desember  2021.

Satgas  menekankan,  ketetapan  ini  bukan  untuk  melanggar  hak  pekerja,  namun  semata-mata sebagai  bentuk  antisipatif  peluang  lonjakan  kasus  setelah  periode  libur  panjang. 

“Saya  perlu tekankan  di  sini  bahwa  kebijakan  pemerintah  dalam  menggeser  hari  libur  merupakan  upaya untuk  mencegah  terjadinya  lonjakan  kasus  pasca  libur  panjang”  jelas  Wiku.

Melengkapi  seluruh  upaya  pengendalian  tersebut,  pemerintah  juga  terus  berupaya  memasifkan vaksinasi.  Pemenuhan  kebutuhan  vaksinasi  terus  dilakukan,  terbaru  ialah  pada  20  Juni  2021, Indonesia  kembali  menerima  kedatangan  vaksin  bulk  (bahan  baku)  dari  Sinovac  yang  menjadi kedatangan  ke-17  COVID-19,  sebanyak  10  juta  dosis.  

“Saya  telah  memperoleh  vaksin  lengkap  sebanyak  dua  kali  dan  saat  ini  dinyatakan  positif  COVID19.  Hal  ini  memperlihatkan  bahwa  penularan  masih  ada  dan  vaksin  tidak  sepenuhnya  melindungi dari  penularan,  kekebalan  individu  tidaklah  cukup  dalam  meredam  penularan  dan  untuk mengatasinya  dibutuhkan  kekebalan  komunitas  (herd  immunity),”  papar  Wiku.

Kedatangan  vaksin  ini  merupakan  upaya  pemerintah  untuk  mengakselerasi  tercapainya  herd immunity  sehingga  diharapkan  masyarakat  dapat  ikut  serta  dalam  program  vaksinasi  dan  juga tetap  disiplin  mematuhi  protokol  kesehatan  sehingga  dapat  meminimalisasi  penularan  yang dapat  terjadi.