Rektor Unkris: Wujudkan Kampus Unggul Harus Dibarengi Pengembangan Teknologi, SDM dan Kerjasama

ANP • Saturday, 10 Jul 2021 - 19:45 WIB

JAKARTA - Universitas Krisnadwipayana (Unkris) bekerjasama dengan Persatuan Dosen Program Hibah Indonesia (PDPHI) menggelar acara Webinar Nasional dengan tema Mewujudkan Kampus Berkompeten dan Unggul di era pandemi. Acara tersebut dihadiri oleh Rektor Unkris Dr. Ayub Muktiono M.Sip CIQaR  dan para dosen yang tergabung dalam organisasi PDPHI, serta dosen dari Unkris, para dosen dari lingkungan PDPHI yang hadir diantaranya dari Sulawesi Tenggara, Ambon, Banten dan Jakarta.

Acara yang sedianya hanya digelar selama 2,5 jam ini akhirnya menambah waktu hingga 3,5 jam karena antusiasnya para narasumber yang merupakan  perwakilan dari  fakultas di UNKRIS. Hadir Dr. Susetya Herawati ST, M.Si dosen Magister Ilmu Administrasi Publik, Ika Widiastuti, SIP, M.AP, BBPA, CPRW, C.Gl Dosen Fakultas Ilmu Administrasi, Aries Abbas ST, MM, MT, IPM EAR dosen Fakultas Teknik, Dr. Sardjana Orba Manulang dosen Fakultas Hukum, Dr, Abdulah Fathoni SE, MM Dosen Fakultas Ekonomi, Dr. Hotman Napitupulu SH, SE , MM Dosen Fakultas ekonomi , dan acara ini dimoderatori oleh Lydia Darmayanti ST, MT dan panitia lainnya Nurkim ST, MM, MT, Aditya Permata , ST dan Adam Hisbullah Sulaiman.

Rektor Unkris, Ayub Muktiono menyampaikan rasa terimakasih yang mendalam, bahwa acara webinar ini dapat terselenggara dengan baik dan semua fakultas hadir, untuk memberikan pandangan-pandangannya dalam mewujudkan kampus kompeten yang unggul, tidak saja karena pandemi, tentu pemikiran dari para narasumber akan memberikan manfaat yang baik kedepan.

"Semua yang kita upayakan ini tentu selain kita sebagai umat manusia untuk berusaha dan mencintai apa yang kita lakukan di dunia akademis ini tentu juga karena jalan dari keberkahan yang Maha kuasa, jadi jangan lupa juga untuk terus memohon kepadaNya," tegas Rektor Unkris, dalam sambutan Webinar Nasional, di Jakarta, Sabtu (10/7/2021).

Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, menurut Ayub, harus adanya niat yang didasari dengan norma-norma, etika, adat dan budaya. Selain itu, juga harus dibarengi dengan pengembangan teknologi, sumberdaya manusia, serta melakukan kerjasama dengan lembaga atau institusi dan  komunitas.

"Sebagai manusia kita tidak bisa hidup sendiri, melakukan networking dengan cara komunikasi yang baik terhadap lingkungan dan kita tidak boleh lupa terhadap kesejahteraan karyawan dan dosen," ujarnya.

Sementara itu, ketua PDPHI yang juga dosen Fakultas Ilmu Administrasi Umkris, Ika Widiastuti mengatakan, bahwa organisasi PGPHI yang baru satu tahun berdiri ini beranggotakan para dosen di seluruh Indonesia yang telah menerima dana Hibah. Bahkan, terbuka bagi para dosen untuk bergabung. Menurutnya, tujuan dari PDPHI ini adalah untuk melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat, penyuluhan dan penelitian. Selain itu PDPHI yang telah memilik legalitas ini juga konsen dalam menyikapi perkembangan peradaban yang sangat cepat, dengan berkumpulnya para dosen tentu akan lebih mudah menyerap aspirasi mereka demi kemajuan bangsa. Selain itu dengan menjadi anggota PDPHI para dosen dapat mengembangkan diri dengan mudah akses menjadi narasumber.

"Perlunya komitmen untuk mewujudkan kampus yang berkompeten unggul, dan memiliki ahlak manusia terpuji, SDM yang berkualitas, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, sistem/prosedur yang perlu dirampingkan, dana yang menadai, sarana dan prasarana yang memadahi, adanya usaha dan Kerjasama serta dukungan antara semua pihak terkait (Pemerintah, Universitas, Industri, dunia Usaha, masyarakat , Institusi dan Perguruan Tinggi Luar negeri)," kata Ika yang juga narasumber webdinar tersebut.

Sedangkan narasumber Aries Abas, yang mengangkat judul penguatan sumber daya manusia di abad 21 menyatakan, bahwa masih terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kualitas SDM di Indonesia masih rendah, hal ini karena kurang meratanya fasilitas pendidikan yang mendukung, rendahnya minat membaca, minimnya teknologi yang berada di Indonesia dan kurangnya akan kesadaran pentingnya Pendidikan.

"Untuk itu, perlu adanya dua komponen yang harus dikembangakan, untuk meningkatkan SDM di bidang pendidikan abad 21 yaitu, komponen tenaga pendidik dan siswa," tambahnya.

Hotman Napitupulu yang mengangkat judul Kampus Merdeka Unggul di era pandemi menyatakan, bahwa kompetensi yang dibutuhkan di masa depan itu sangat dinamis, sehingga harus punya fleksibilitas dan adaptabilitas yang tinggi atau agile learners.

"Tujuan pembelajaran  saat ini tidak lagi membangun kompetensi yang sudah baku, tapi menyiapkan lulusan sarjana yang flexible, adaptive, self-directed, creative, complex problem solver, dan tidak terlepas dari karakter yang kuat. Jadikan kampus sebagai kawah candradimuka," katanya.

Absulah Fafhoni, yang mengangkat tema Kompetensi di era pandemi, menjelaskan, mengutip yang disampaikan Presiden Joko Widodo, ada lima syarat yang harus dipenuhi dalam mewujudkan kompetensi, yaitu dedikasi untuk memajukan bangsa, menciptakan lapangan pekerjaan,  ilmu pengetahuan dan teknologi, inovatif dan karakter pembelajar. Menurutnya, era pandemi ini telah melemahkan semua sektor, tidak saja ekonomi, tetapi juga pendidikan, yaitu ancaman terhadap tertularnya menjadi sakit. Ia menjelaskan, tantangan semua pendidikan dilakukan secara daring, hambatan adanya keterbatasan akses dan gangguan menurunnya semua aktivitas.

"Solusinya adalah dengan Gerakan 3 CB (cara bertindak), yaitu CB1 Proses belajar mengajar, transfer knowlage secara online, CB2 dilakukan ditambahkan penugasan secara daring dan selanjutnya untuk menambah knowlage mahasiswa dilakukan webinar-webinar," tegasnya.

Sedangkan Herawati dalam webinar tersebut mengangkat judul menguatkan pelaksanaan tridarma perguruan tinggi,  menyatakan, bahwa dirinya bulan juli tahun 2020 pernah menghadiri undangan DPR RI dari Komisi X dalam rapat dengar pendapat perbaikan UU Sisdiknas tahun 2013, yang merupakan upaya dari masyarakat dan para pendidik lain untuk memberikan masukan perbaikan UU tersebut, dalam rangka mewujudkan pendidikan yang lebih sesuai dengan masyarakat Indonesia.

Ia juga menyatakan setuju dengan tugas perguruan tinggi dalam menegakkan tridarma perguruan tinggi  yaitu, pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.  Menurutnya, jenjang ini sudah tepat dimana aktivitas dimulai dari pendidikan, kemudian penelitian, hal ini tentu saja akan menghasilkan berbagai jenis tenaga ahli. Ia mengatakan, produksi tenaga -tenaga ahli tersebut, secara tidak langsung sudah mengabdi kepada masyarakat sejauh keahilan tersebut memang sesuai dengan pembangunan.

"Tridarma Perguruan Tinggi akan dapat berjalan dengan baik, jika kepemimpinan dalam perguruan tinggi tersebut mampu menciptakan sebuah sistim dinamis yang mengadopsi perkembangan budaya sebagai salah satu pengaruh yang sangat signifikan. Berfikir dinamis dalam budaya adalah dengan mampu berfikir kedepan artinya visioner, mau mengkaji ulang dengan cara mengevaluasi setiap apa yang sudah diputuskan untuk perbaikan, dan juga mau melihat dan belajar dari organisasi lain baik dari dalam maupun luar negeri untuk kemajuan. Selain itu pemimpin perguruan tinggi harus mampu menyatukan visi dan misi untuk dapat dilaksanakan oleh para stakeholder yaitu dosen, mahasiswa , tenaga pendidik," tutup Herawati. (ANP)