Pemerintah diminta Perhatikan Konsumsi Rumah Tangga Akibat Perpanjangan PPKM 

AKM • Thursday, 26 Aug 2021 - 11:41 WIB

Jakarta - Laporan pemerintah mengenai pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua tahun 2021 yang mencapai 7,07%. Anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi PKS, Anis Byarwati menyatakan angka tersebut tidak terlalu mengejutkan karena diukur dari based line yang sangat rendah pada kuartal 2 tahun 2020 yaitu -5,32%. Namun demikian, Anis memberikan apresiasi kepada pemerintah. 

“Karena bagaimana pun juga angka ini menunjukkan perbaikan,” ujar Anis dalam rapat kerja Komisi XI DPR RI menggelar dengan Menteri Keuangan di Gedung Parlemen, Jakatta beberapa waktu lalu.

Anis yang juga menjabat sebagai wakil ketua Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR RI ini menggarisbawahi aspek yang mendorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal 1 yaitu faktor konsumsi. Faktor daya beli masyarakat ini memberi kontribusi paling besar untuk pertumbuhan ekonomi. Hal ini seiring dengan pelonggaran mobilitas sehingga masyarakat sudah mulai beraktivitas dengan baik. Namun, Anis mengkhawatirkan faktor konsumsi di kuartal kedua. Sebagaimana diketahui mulai bulan Juli terdapat varian virus baru yaitu varian Delta yang mendorong pemerintah melakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat.   

“PPKM yang diberlakukan sejak 5 Juli dan masih berlangsung perpanjangannya hingga saat ini, harus benar-benar diantisipasi oleh pemerintah. Terutama untuk faktor konsumsi rumah tangga. Realita di lapangan yang saya lihat, kondisi ekonomi keluarga semakin sulit,” ujarnya. 

Politisi senior PKS ini juga memberi catatan untuk sector pertanian yang dilaporkan menurun. Anis menegaskan bahwa sector pertanian ini sangat vital bagi Indonesia terutama terkait dengan ketahanan pangan. Kontribusi sector pertanian pada PDB semakin menurun sementara serapan tenaga kerja pada sector pertanian tetap tinggi. Berdasarkan data yang dikeluarkan BPS, penyerapan tenaga kerja pada sector pertanian, perikanan dan kehutanan mencapai 38,78 juta (29,59%) dari total tenaga kerja Indonesia pada Februari 2021. 

“Kami berharap kebijakan-kebijakan pemerintah untuk sector pertanian lebih diperhatikan lagi. Kebijakan dibukanya kran import untuk sector pertanian yang dilakukan di ambang waktu panen sangat menyakitkan para petani,” tuturnya.

Hubungan fiskal antara pemerintah pusat dan daerah menjadi catatan tersendiri dari Anis. Ia mengemukakan laporan BPK yang menyatakan bahwa kebanyakan pemerintah daerah belum mandiri secara ekonomi. Sangat tergantung pada transfer dari pemerintah pusat. 

“Kondisi ini sangat memprihatinkan. Ketika kondisi keuangan negara sangat sulit dan transfer dana ke daerah menjadi berkurang, hal ini akan sangat berdampak pada masyarakat di daerah secara luas,” ungkap Anis.

Ia juga mengingatkan pemerintah pusat untuk merubah sudut pandang dengan memposisikan diri sebagai ayah dan anak.

“Pemerintah sebagai ayah dan melihat pemerintah daerah   sebagai anak-anak yang perlu di support agar bisa tumbuh, maju dan berkembang,” pungkasnya.