Psikolog Sarankan Sekolah Tatap Muka bertahap

MUS • Monday, 30 Aug 2021 - 11:32 WIB

Jakarta - Polemik tentang sekolah tatap muka di beberapa daerah saat pandemi menjadi polemik. Bahkan ditemukan beberapa sekolah seperti di Solo dan Medan yang menggelar sekolah tatap muka secara diam-diam. Ini menunjukan bahwa tingkat kejenuhan siswa dan guru sudah memuncak. Mereka ingin segera sekolah dilakukan secara langsung, karena sekolah daring dirasa kurang efektif

Dr. Muhammad Iqbal, psikolog rumah konseling yang juga Direktur Indonesia Institut menyatakan bahwa sekolah tatap muka tidak bisa dilakukan secara sembarangan tanpa kordinasi dan persiapan yang matang, karena menyangkut keselamatan dan nyawa guru dan siswa.

Beberapa kepala daerah pun ada yang masih melarang, karena khawatir akan keselamatan guru dan siswa

Menurut Iqbal yang juga alumni PPRA Lemhannas, sekolah tatap muka harus dilakukan bertahap dan dibuat simulasi, karena siswa dan guru memerlukan waktu untuk adaptasi perilaku, dimana mereka terbiasa dengan daring, dan harus berubah menjadi tatap muka

"Sekolah tatap buka bisa di prioritaskan bagi guru yang sudah mendapatkan vaksinasi atau pun prioritas jenjang, ada 2 kriteria yang memerlukan tatap muka, mereka yang akan lulus dan persiapan masuk perguruan tinggi ataupun mereka yang baru masuk yang memerlukan orientasi, untuk itu  simulasi perlu dilakukan untuk penerapan protokol kesehatan dan tidak mungkin dilakukan sekaligus," kata Iqbal.

Bila didapati kasus/kluster baru maka sekolah harus segera dihentikan dan dilakukan penelusuran. Untuk itu kementerian pendidikan dan kebudayaan harus menyiapkan panduan dan SOP dalam pembelajaran tatap muka 

Simulasi dan adaptasi bisa dilakukan dengan mengatur jadwal kedatangan dan kepulangan agar tidak terjadi kerumunan. "Demikian juga dengan penggunaan ruang kelas, pembagian jadwal kelas hingga kesiapan dukungan sarana dan prasarana," tambahnya.

Untuk mencegah ' Learning Loss" dan mengejar ketertinggalan Iqbal juga  menyarankan pemerintah membuat sekolah program sekolah berasrama atau program intensif bagi siswa yang akan lulus dan memasuki perguruan tinggi. Program ini bisa dengan membuat pola "Training Centre" ataupun  bekerjasama dengan sekolah yang sudah ada dengan menitipkan siswanya ataupun dengan pesantren. Karena di saat pandemi sekolah berasrama dan pesantren terbukti bisa berjalan dan ini adalah salah satu solusi mencegah terjadinya " Learning Lost". (Jak)