WNA Keluar-Masuk Saat Pandemi, Siswanto Rudi: Pemerintah Harus Tegas, Jangan Setengah Hati

FAZ • Saturday, 18 Sep 2021 - 07:22 WIB

Jakarta - Pembicaraan mengenai masuknya Warga Negara Asing pada saat pandemi ke Indonesia dinilai kurang tegas oleh Siswanto Rudi, Direktur Eksekutif Nasional Maritime Institute (NAMARIN).

“Belajar lah dari negara lain, kalau sudah terdeteksi dan positif ada beberapa pelaut yang terkena Pandem ini, ditutup pelabuhannya. Jangan hanya tingkatkan protokol kesehatan saja,” ucap Siswanto kepada Radio MNC Trijaya dalam program Trijaya Hot Topic Pagi, Jumat (17/09/2021).

Penutupan pelabuhan pada saat Pandemi dinilai cara yang efektif untuk menjaga penyebaran virus Covid-19. Pada masa Pandemi seperti ini, kesehatan dari para pelaut yang ada harus menjadi sebuah prioritas. Karena ada berbagai macam pelaut yang datang ke Indonesia yang tidak diketahui status vaksinasinya.

“Kebijakkan kita masih suka setengah hati, sementara kita punya keterbatasan dalam pengawasan. Pemerintah harus tegas, memiliki regulasi dan implementasi tanpa ada pengecualian,” kata Siswanto.

Peraturan dan regulasi yang dimiliki dinilai sudah cukup baik, hanya saja fakta di lapangan berbicara lain dengan hal tersebut. Kurangnya pengawasan, personil dan kedisiplinan dari Angkatan Laut menjadi permasalah utama dalam menangani kapal yang masuk ke wilayah Indonesia.

“Jalur laut adalah hal yang paling di datangi WNA, penyelundupan sering terjadi dan Indonesia menjadi tempat yg favorit, pengawas kita kurang karena ada pengawas yang bisa main mata, wajar saja kemasukkan,” ungkap Siswanto.

Pemerintah harus lebih tegas dan tidak setengah hati dengan setiap regulasi, selain itu harus ada keberanian untuk menutup pelabuhan secara total, meskipun ini akan berdampak kepada perekonomian tetapi hal ini demi menjaga kehigienisan yang ada di Indonesia.

“Harus tegas karena laut ini kan kondisinya kelas 2, sehingga tingkat higienisnya rendah, karena itu dia harus ditutup aja. Untuk laut tutup, Disinilah nasib kita, kalau kita tutup laut gini resikonya, daripada kita setengah hati, masuk terus. Nah ini, Diperketat terus tapi ada pengecualian. Kalau ditutup total tegas mungkin bisa sebulan, pemerintah lebih tahu,” tutup Siswanto. (GRA)