Berawal dari Melihat, Kini Mengabdi dan Terpikat

MUS • Wednesday, 6 Oct 2021 - 07:04 WIB

Jakarta - Berawal dengan melihat kedua orang tua yang menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN), KPH H. Yudanegara, termotivasi.

Dalam wawancaranya dengan Radio Trijaya dalam rangka HUT ke-31 "31 Tokoh Muda, yang Muda yang Berkarya", Selasa (28/9/2021), Kanjeng Yuda menceritakan, diskusi mengenai pemerintahan sudah menjadi hal yang biasa dalam keluarganya.

“Ada rasa keingintahuan dan kebetulan keluarga semua ASN, jadi kalau ketemu ngobrolin pemerintahan bukan hal yang luar biasa lagi,” katanya.

Latar belakang pendidikannya adalah S1 sampai S3 bidang pemerintahan. Saat ini, Kanjeng Yuda menjabat Kepala Bagian Bina Pemerintahan Kalurahan/Kelurahan dan Kapanewon/Kemantren pada Biro Tata Pemerintahan Setda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

“Sesuai dengan UU 13 tahun 2012, di situ ada kelembagaan yang di mana kepala desa menjadi lurah. Kecamatan menjadi kapaneon kalau di kabupaten, kalau di kemantren itu di kota (Mantri Pamong Praja),” ucap Kanjeng Yuda. 

Pada tahun 2003, ia diberi kesempatan untuk menjadi Staf Biro Umum Departemen Dalam Negeri. Kemudian di tahun selanjutnya ia menjadi ajudan Gubernur Lampung, lalu pada tahun 2004-2006 berada dalam Protokol Menteri Dalam Negeri, dan selanjutnya bertugas di Sekretariat Presiden. 

"Setelah itu saya jamannya pak JK, 2012 tugas belajar di Inggris satu tahun, 2013-2017 tugas belajar di Jepang. 2018 balik ke Setneg, kemudian mengikuti test untuk mendapat jabatan jadi kepala penyiapan acara presiden, lalu tahun 2020 didawuhi Ngarso Dalem (Sultan Hamengkubuwono X -red), ke biro tata pemerintahan mengurusi lurah dan camat," ceritanya.

Menurutnya, deretan pengalaman tersebut sangatlah menarik. “Ini menarik karena upgrade ke downgrade, kita bicarakan pengalaman, dari Istana Presiden ke kelurahan, birokrasi pemerintahan berkembang, pusat punya pengalaman, daerah pengalaman, karena pengalaman ilmu yang tidak bisa ditemui di bangku kuliah,” lanjut Kanjeng Yuda.

Dengan latar belakang dilahirkan dan dibesarkan sebagai anak Jakarta Selatan, Kanjeng Yuda memiliki pengalaman unik saat menjadi ASN di DIY. Pada saat Kepala Kelurahan berbicara bahasa Jawa Krama Alus, dia tidak mengerti sama sekali sehingga kejujurannya pun membuat orang yang mendengar menjadi tertawa dan mencairkan suasana.

“Pak Lurah ni kan kanjeng pangeran saya harus pake jawa alus, tapi saya minta maaf karena saya tidak bisa. Akhirnya cair mas suasana pada ketawa semua, yang pada awalnya menegangkan,” tuturnya disambut tawa.

Meskipun Kanjeng Yuda memiliki keterbatasan dalam berbahasa Jawa, tetapi Ia tidak berhenti untuk membangun dan mengabdi kepada negara. Caranya dalam memimpin, memang berbeda dengan pemimpin yang lain. Dia berusaha untuk merangkul pemerintah daerah dengan pemerintah di kelurahan. Selain itu Kanjeng Yuda tetap terus belajar hal-hal baru dan berdiskusi dengan orang sekitar. Gelar Kanjeng Pangeran yang ada di pundaknya, membuat lurah dan kawan-kawannya mengganggap, apa yang ia bicarakan benar.

“Saya menganggap kelurahan partner, di mana kita bersinergi antara pemerintahan daerah dan kelurahan bersinergi mengawal keistimewaan, konsepnya partner. Saya juga selalu mengedepankan diskusi, jika sudah ada yang bilang pokok’e saya tidak melanjutkan diskusi. Karena ini bicara dua pihak bukan satu pihak,” jelasnya. 

Falsafah-falsafah yang ada di Yogyakarta diakui Kanjeng Yuda telah membentuk sikap pribadi kepada Tuhan dan temannya. Banyak nilai yang ingin ditanamkan oleh Kanjeng Yuda kepada generasi muda khususnya di DIY sendiri, antara lain: unggah ungguh harus tetap ada meskipun anak milenial, jangan lupakan sejarah, memiliki kegiatan tradisi, dapat membaca huruf jawa serta budaya-budaya secara etika.

“Dalam arti kata, yang tua mengajar yang muda, yang muda mengajar yang muda lagi, Insya Allah tak pernah hilang karena kita punya sistem kebudayaan inilah, yang harus kita jaga. Ada sekolah buat karakter, bagaimana orang Jawa harus bersikap ke orang lebih tua, itu ada sekolahnya dan gurunya 'nothing to lose' aja, yang penting generasi di bawah saya harus tahu unggah ungguh,” pesan Kanjeng Yuda.

Meskipun masih tergolong muda, tapi pengabdian kepada negara tidak boleh setengah-setengah. Kanjeng Yuda juga berpesan agar anak muda memiliki visi dan misi untuk mengabdi kepada negara.

“Yang penting visi misinya harus mengabdi kepada negara dan juga ASN, balik lagi kalau kita bicara gaji atau bagaimana, dapat dikesampingkan, ke depannya ada passion dulu, itu yang penting,” tutupnya. (GRA)