Bandara Ngurah Rai Siap Menyambut Turis Mancanegara

FAZ • Wednesday, 6 Oct 2021 - 11:46 WIB

Jakarta - Setelah sekian lama Bandara Ngurah Rai Bali tidak membuka pintu untuk turis mancanegara, kini bandara siap menyambut turis asing per tanggal 14 Oktober 2021.

Hal ini dikonfirmasi oleh Handy Heryudhitiawan selaku Vice President Corporate Secretary PT Angkasa Pura I (Persero), kepada Radio MNC Trijaya dalam program Trijaya Hot Topic Pagi, Rabu (06/10/2021).

“Pemerintah pada tanggal 14 akan membuka dengan 5 negara yaitu, Korea Selatan, China, Dubai, Abu dhabi dan Selandia Baru. Kami juga sudah melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dan sudah melakukan alur simulasi,” kata Handy.

Berbagai macam prosedur dan simulasi telah dipersiapkan oleh bandara Ngurah Rai, tidak hanya itu saja berbagai macam fasilitas ruangan, alat test dan juga mesin untuk mendeteksi juga sudah dipersiapkan dengan baik. Protokol-protokol kedatangan turis asing juga sudah disiapkan.

“Penumpang harus membuktikan vaksinnya sudah lengkap, karantina hotel sudah ada, mengisi formulir elektronik yang diberikan , ada scanner memenuhi syarat, on registrasi, penulisan dokumen kesehatan, dan PCR. Kalau kegiatan lancar bisa konfirmasi kepada pemerintah dan gugus tugas kalo memang akan ada penambahan, bukan hanya bandara yang siap destinasi yang lain juga harus siap,” ucap Handy.

Menanggapi hal ini, pengamat penerbangan Gery Suyaman melihat, bahwa ini adalah cara kita untuk kembali dari keterpurukan. Karena tidak hanya maskapai saja yang sudah babak belur, tetapi bandara juga babak belur.

“Ini sudah waktunya, negara lain juga sudah mulai buka, selama protokol dan prosedurnya lengkap, kenapa tidak?,” ucap Gery.

Dengan dibukanya bandara untuk turis asing, hal ini akan memberikan dampak ekonomi yang secara menyeluruh kepada Bali. Sampai saat ini, pemerintah juga masih melakukan upaya untuk membuat bandara recovery. Terdapat perbedaan antara bandara luar negeri dengan Indonesia, dimana di Indonesia prosedurnya begitu ketat dengan penambahan karantina selama 8 hari.

“Korea Selatan dan Jepang punya metode yang hampir mirip dengan Indonesia, saya rasa akan banyak dari sana. China agak lucu, karena batas keluar masuk mereka pekerja, turis masih susah dan belum di welcome dimana-mana, target nya apa, bukan pariwisata tapi tenaga kerja asing, selama karantina benar wajar dan konsisten, dari Dubai dan Abu Dhabi tidak akan banyak tapi kita berharap mereka mencari destinasi baru untuk liburan,” ungkap Gery.

Sampai saat ini, belum dapat diketahui angka pasti untuk Indonesia berada dalam level sustainable, tetapi pemerintah harus bersiap untuk menerima turis asing dan harus jelas bagaimana prosedur yang akan dilakukan oleh turis asing jika masuk ke Indonesia.

Epidemiolog Universitas Indonesia, Professor Budi Haryanto menilai, hal ini sebagai hal yang baik dan sangat kecil kemungkinannya untuk mengubah gelombang baru karena adanya prosedur yang ketat yang telah diberikan.

“Saya kira itu penyaringan yang luar biasa, saya kira akan nyaman itu. Saya hanya khawatir turis-turis gak nyaman karena saking ketatnya. Kalau tujuannya untuk pariwisata biasa kan selektif people yang memang bersedia untuk PCR, mengeluarkan dana, mereka mau tinggal dan karantina 8 hari, mereka benar-benar mempersiapkan diri, kalau mereka yakin negatif,” tutup Budi. (GRA)