AHOK GALAU, TEMAN RISAU

Tuesday, 30 Nov 1999 - 00:00 WIB

Partai Golkar jumat, (24/6) kemarin, resmi memberikan dukungan, pada Basuki Tjahja Purnama alias Ahok untuk maju pilkada DKI 2017 mendatang. Dari dukungan ini memperkuat posisi Ahok untuk maju.

Atas dukungan ini, Partai Demokrasi Indonesia perjuangan (PDIP) memposisikan dirinya sebagai partai ideologis sehingga tidak akan latah seperti partai-partai lain dalam memberikan dukungan untuk Ahok dalam Pilkada 2017 nanti.

“Kita ini partai ideologis, yang selalu mengedepankan kader sendiri jadi tidak latah-latahan memberi dukungan kepada calon lain,” kata Ketua DPP PDI Perjuangan Andreas Hugo Pareira dalam diskusi POLEMIK Sindotrijaya Network dengan tema “Ahok Galau, Teman Risau” di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (25/6/2016).

Dari diskusi ini, sempat terjadi perdebatan antara Andreas dengan Emannuel Ebenezer, Ketua Komunitas Basuki Tjahja Purnama Mania - BATMAN. Misalkan saat Andreas menyebut PDIP sebagai partai idiologis, Imannuel langsung nyeletuk, “Justru kalau partai ideologis kenapa tidak dukung Ahok saja,” katanya.

Dalam kesempatan ini, Emannuel yang akbrab disapa Noel, bahkan menyebut Ahok adalah wayang untuk masyarakat DKI Jakarta. “Yang dalangnya.. ya, warga DKI” ungkap Noel.

Serta menyatakan, situasi pilihan untuk Ahok ini makin seksi karena PDIP sampai saat ini belum menentukan pilihan, dan dirinya yakin keputusan ideologis akan diambil ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. “saya yakni, bu mega akan memberikan putusan ideologis, dengan pengalaman politik terbaik” tutup Neol.

Sementara itu, Ketua DPP Partai Golkar Agun Gunandjar menyebutkan bahwa partainya mendukung Ahok bukan karena latah, tetapi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan objektif. “Golkar saat ini beda dengan Golkar yang dulu, bahwa kami sekarang betul betul ikuti aspirasi rakyat bukan karena perintah atasan,” kata Agun.

Menanggapi hal ini, Direktur Eksekutif Indo Barometer, Muhammad Qodari menilai, gerakan Teman Ahok muncul karena didasari kekhawatiran dengan gaya dan pendekatan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang tidak diterima partai politik (parpol).

"Kasus yang terjadi pada teman Ahok ini harus dilihat sampai akhir, aman untuk disimpulkan pada akhirnya Ahok akan memilih partai politik, tetapi semua akan dipastikan sampai waktu pendaftaran," kata M. Qodari.

Bahkan, pilihan Ahok ini tidak kalah dengan Referendum yang terjadi di Inggris (Brexit). “Ahok exit atau Ahok Remain, yang didasarkan permasalahan dalam tubuh teman Ahok.” tutup Qodari.

Selain itu, Qodari juga menjelaskan pengalamannya di daerah saat menjadi konsultan politik. Di daerah tidak pernah mendikotomikan peran parpol maupun relawan.

"Di daerah peran parpol di awal sebagai perahu. Setelah pencalonan, peran parpol tidak solid. Hanya beberapa partai yang solid, salah satunya PKS," ujarnya.

            Dalam diskusi ini, ikut dihadirkan mantan penanggung jawab dari salah satu teman Ahok Paulus Romundo yang menyampaikan permohonan maaf-nya, karena melakukan rekayasa dalam pengumpulan KTP untuk teman Ahok. “saya atas nama mantan teman ahok, ingin menyampaikan permohonan maap karena tidak benar dalam pengumpulan KTP” ungkap Paulus

Selain itu, dirinya juga mengajak kawan kawan lain di teman ahok, untuk membuka hati nurani dan bertemu dengan Ahok untuk menjelaskan apa yang terjadi dalam pengumpulan KTP.