ADU STRATEGI DI TANAH BETAWI

Tuesday, 30 Nov 1999 - 00:00 WIB

Penyeleanggaraan pilkada DKI masih empat bulan lagi, namun berbagai strategi tengah disiapkan tiga pasangan calon dan tim suksesnya untuk merebut suara warga jakarta. Dari kontestasi ini beragam cara akan dilakukan masing-masing pasangan calon.

Tim Pemenangan petahana Gubernur DKI Jakarta Basuki 'Ahok' T Purnama dan Djarot Syaiful mengaku tidak ingin menebar banyak janji dalam kampenye Pilgub DKI Jakarta 2017.

Anggota Tim Pemenangan, Masinton Pasaribu, mengatakan pihaknya akan memperbaiki kekurangan petahana dan melanjutkan program atau kebijakan yang sudah dijalankan.

"Enggak janji muluk-muluk. Jangan terlalu bawel, tinggal itu saja," kata Masinton saat diskusi Sindotrijaya bertajuk 'Adu Strategi di Tanah Betawi', di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu  (1/10/2016).

Terkait berbagai kritikan terhadap Ahok yakni penggusuran, Politikus PDI Perjuangan ini memastikan hal tersebut memang tidak bisa dihindarkan.

Masinton berjanji akan meniru cara Joko Widodo dalam menggusur pemukiman penduduk. "Pak Jokowi pendekatan dialog, pendekatan persuasif sehingga publik terima. Ini soal bicara," kata anggota Komisi III DPR RI itu.

Menurut Masinton, hal tersebut sudah tertera dalam kontrak politik Ahok-Djarot dengan PDI Perjuangan. Dalam perjanjian tersebut, Ahok harus menyelesaikan masalah di masyarakat dengan cara dialog bukan pendekatan kekekuasaan.

"Mana kampung deret mana direlokasi di lokasi lain, harus komunikasikan baik," tukas Masinton.

Sementara itu, tim sukses pasangan Agus-Sylvi melalui wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Demokrat, Roy Suryo menyatakan bahwa pasangan calon (paslon) Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni (Agus-Sylviana), adalah paket lengkap dalam Pilgub DKI 2017.

Karena keduanya memiliki pola kepemimpinan yang dimiliki lawan politiknya, yaitu Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang dinilai tegas serta Anies Baswedan yang terkenal santun.

“Kalo mau pemimpin yang tegas dan pemimpin yang santun, ya Agus, udah gitu ganteng lagi lengkap,” ujar Roy, Sabtu (1/10/2016).

Sebagai anggota tim pemenangan paslon Agus-Sylviana, Roy menuturkan pasangan Agus-Sylviana merupakan harapan baru bagi masyarakat Jakarta untuk membangun Jakarta yang lebih baik lagi.

“Kami ingin berikan apa yang selama ini diharapkan masyarakat, selain pembangunan jasmani tapi juga rohani, ketegasan, keberanian, kesantuan itu perlu, mari kita berikan Jakarta untuk rakyat Jakarta bermartabat,” tandasnya.

Dan, dari pasangan Anis – Sandiaga, Ketua Tim Pemenangan, Mardani Ali Sera, mengatakan bahwa pihaknya memiliki cara sendiri untuk mendanai kampanye di Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017. Mereka menggunakan cara mengumpulkan uang Rp50 ribu dari setiap relawan. Aksi ini disebut dengan Galibu atau Gerakan Lima Puluh Ribu.

"Kita ada Galibu: Gerakan Lima Puluh Ribu. Ada rekening dan audit jelas," kata Mardani Ali Sera dalam Diskusi Polemik Sindotrijaya di Rumah Makan Warung Daun Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (1/10/2016).

Selain para relawan, publik juga bisa ikut berpartisipasi dalam gerakan tersebut. Mardani menerangkan, gerakan ini tak hanya digunakan saat berkampanye tetapi juga untuk langkah ke depannya dalam membangun Jakarta.

"Ini bukan buat Anies-Sandi, ini buat Jakarta," jelas Mardani. Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu mengingatkan timnya tak main-main dengan dana kampanye. Oleh karena itu, mereka yang masuk tim harus menandatangani pakta integritas. "Supaya enggak cawe-cawe," pungkasnya.

Menanggapi berbagai strategi ini, pengamat Politik LIPI, Siti Zuhro menyatakan Jakarta harus dipimpin oleh sosok yang berintegritas. Karena menurutnya, Jakarta tidak hanya membutuhkan sosok yang berani saja.

"Menurut saya kepemimpinan tidak cukup yang hanya saja terlihat berani. Tapi harus ada integritas juga," kata Siti Zuhro, Sabtu (1/10/2016).

Ia juga menegaskan bahwa Jakarta membutuhkan figur teladan. Selain itu, ia mengimbau agar jangan sampai Jakarta dipimpin oleh seorang yang banyak tersangkut masalah.

"Ya jangan malah pemimpin yang mondar mandir KPK. Pilih yang tidak mondar-mandir KPK. Tidak juga mondar-mandir tipikor," jelasnya.

"Kita harapkan ada syarat integritas yang tidak basa-basi, yang jernih dan objektif. Jangan ada kebohongan publik," tambahnya.

Ia mengatakan bahwa seorang pemimpin harus mencerminkan sosok yang bertanggungjawab dan tidak semena-mena. Seorang pemimpin Jakarta juga harus mempunyai adab, terutama dalam tindakan penyelesaian masalah di Jakarta.

Sementara itu, tokoh Betawi Ridwan Saidi kembali mengkritik keras tentang gaya kepemimpinan petahana Basuki Tjahaja Purnama. Sama seperti sebelumya, kritikan yang disampaikan oleh Ridwan Saidi kali ini juga sangat keras.

"Ahok kita sudah hafal orangnya. Bukti (kerjanya) apa, selain menghancurkan Jakarta," ujar Ridwan, yang biasa disaba Babe

Babe menilai, kepemimpinan Ahok di Jakarta sangat tidak mendidik karena ia dinilai sering memaki-maki rakyat. Hal itu, lanjutnya, tidak memberikan contoh yang baik bagi anak-anak yang menyaksikannya ketika sedang emosi.

Tak hanya itu, dia juga menyesalkan praktek penggusuran yang kerap dilakukan Ahok karena pernah terjadi sebuah penggusuran masjid di kompleks Taman Ismail Marzuki, tapi hingga saat ini tak pernah dibangun lagi.

Ridwan pun sangat menyayangkan terjadinya hal tersebut karena menurutnya masjid itu bernilai sejarah. "Kami ingin ketenteraman dan kesejukan. Kami ingin kedamaian. Enyahlah setiap keberisikan ini. Kembalikan hak sejarah kami. Jangan hancurkan tanah kami. Penduduk asli jangan diganggu," tukas mantan Anggota DPR tahun 1977-1987 itu.