Tolak Ide Pembubaran Densus, Pakar UI: Pemberantasan Terorisme Bukan Islamophobia 

MUS • Tuesday, 12 Oct 2021 - 17:59 WIB

Jakarta - Anggota komisi I DPR, Fadli Zon, tiba-tiba bikin heboh dengan usul pembubaran Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri. Lewat cuitan di akun Twitternya, politikus partai Gerindra itu menilai densus 88 kerap mengembangkan narasi Islamophobia yang bisa memecahbelah bangsa.

Namun bagi Ketua Program Studi Kajian Terorisme di Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, Muhammad Syauqillah, usulan Fadli terdengar menggelikan. 

“Saya lucu aja, belum lama minta bubarkan BNPT sekarang bubarkan Densus. Ini orang apa-apa mentok lalu minta bubarkan, Seperti ABG sedang putus cinta. Tidak semudah itulah, mikir urusan negara ini kompleks,” kata Syauqillah dalam program Trijaya Hot Topic Petang: "Pro Kontra Pembubaran Densus 88", Selasa (12/10/2021).

Terlepas dari kekurangannya, Syauqi menilai kinerja densus 88 saat ini sudah jauh lebih baik. Misalnya rangkaian penangkapan terduga teroris yang kini lebih senyap dibanding sebelumnya.

BACA JUGA: Fadli Zon Usul Pembubaran Densus, Eks Napiter: Lebay!

“Misalnya dulu penangkapan dar der dor dengan pemberitaan luar biasa, live, sekarang tidak lagi. Anda bisa bayangkan, tahun 2021 saja sudah lebih dari 100 orang yang ditangkap dan itu silence,” ucap Syauqi.

Jika dilihat dari sisi anggaran, besarnya kebutuhan dana operasional densus tidak bisa dijadikan alasan pembubaran. Karena bujet yang keluar, sebanding dengan apa yang dilakukan densus. 

“Densus ini coverage kerjanya luar biasa, termasuk Kelompok Kriminal Bersenjata di Papua juga sekarang dikategorikan sebagai kelompok separatis. Anda tahu sendiri Papua, menerbangkan satu personil kesana berapa biayanya? Belum lagi program deradikalisasi yang dijalankan densus, lalu updating teknologi siber supaya tindak terorisme bisa dicegah dengan patrol siber,” paparnya.

Semua itu adalah harga yang pantas dibayar untuk menjaga rakyat Indonesia. “Karena kalau terjadi aksi teror, kerugiannya bisa trauma fisik, ekonomi, sosial dan lain-lain. Nyawa manusia juga tidak bisa dihitung dengan angka,” ucap Syauqi.

Sedangkan mengenai tuduhan densus anti Islam, Syauqi yang juga menjabat Ketua Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme MUI, dengan tegas membantahnya. Menurut dia, memberantas terorisme tidak bisa disamakan dengan Islamophobia.

“Kebetulan saya ini ada di BPET MUI.  Dalam fatwa MUI segala bentuk teror dan bunuh diri itu dinyatakan haram. MUI sebagai representasi umat Islam Indonesia sudah jelas posisinya. Jadi bagaimana mungkin itu disebut Islamophobia?” pungkas Syauqi.