Fadli Zon Usul Pembubaran Densus, Eks Napiter: Lebay!

MUS • Tuesday, 12 Oct 2021 - 18:02 WIB

Jakarta – Usulan anggota komisi I DPR, Fadli Zon, mengenai pembubaran Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri ditentang banyak kalangan. Termasuk dari para “korban” densus, yakni mantan pelaku tindak pidana terorisme. 

Salah satunya Haris Amir Fallah, eks narapidana terorisme yang ditangkap pada tahun 2010 karena ikut dalam latihan militer di Pegunungan Jalin Jantho, Aceh Besar. 

Haris masih ingat betul detik-detik penangkapan yang berlangsung 11 tahun silam. “Ketika ditangkap hak-hak saya masih terjaga, ada SOP-nya. Karena saya tidak bawa senjata, tidak dihadapkan pada senjata juga,” kenang Haris dalam program Trijaya Hot Topic Petang: "Pro Kontra Pembubaran Densus 88", Selasa (12/10/2021).

BACA JUGA: Tolak Ide Pembubaran Densus, Pakar UI: Pemberantasan Terorisme Bukan Islamophobia 

Selama penyidikan, Haris mengaku diperlakukan sangat manusiawi. “Kita dibelikan baju, Al-Quran, sajadah dan perlengkapan shalat. Celana pun dibelikan yang cingkrang. Saya diperbolehkan shalat bukan cuma yang wajib tapi juga shalat dhuha. Bahkan saat akan puasa Senin-Kamis, makan sahur disediakan,” ucapnya.

Haris menyadari, penangkapan ia dan rekan-rekannya bukan karena densus sedang memerangi Islam. “Tapi karena saya dan teman-teman memang melanggar hukum. Terkesan densus sedang menebar narasi kebencian terhadap Islam. Padahal tidak, yang merasa ketakutan itu bukan orang Islam, tapi teroris,” imbuhnya. 

Sejak ditangkap hingga sekarang, Haris mengaku masih sering bertemu dengan rekannya sesama mantan napiter. Seluruhnya memiliki persepsi yang sama tentang sikap humanis densus 88.

“Bahkan ketika keluar penjara ada yang kesulitan dapat pekerjaan, secara sukarela mereka (densus) menyediakan itu,” ucap Haris. 

Pendekatan kemanusiaan densus 88, terbukti mengena di hati Haris dan kawan-kawannya. Ia mengklaim, lebih dari 80 persen napiter sudah bertobat untuk kembali ke pangkuan NKRI dan mengamalkan Islam yang rahmatan lil alamin.

“Memang ada peran ulama, tapi peran densus juga luar biasa. Bahkan terkadang saya melihat densus jauh lebih humanis dibanding orang-orang di luar sana yang memusuhi mantan napiter,” ujarnya. 

“Jadi kalau ada yang bilang densus tidak humanis, lebaylah itu,” pungkas Haris.